--> METODE PEMAHAMAN HADIST MUHAMMAD AL-GHAZALI | Fragmen Ilmiah

Himpunan Makalah, Skripsi, dan Jurnal

Total Tayangan Halaman

12/11/19

METODE PEMAHAMAN HADIST MUHAMMAD AL-GHAZALI

| 12/11/19

METODE PEMAHAMAN HADIST MUHAMMAD AL-GHAZALI

Hasil gambar untuk METODE PEMAHAMAN HADIS

1.      Biografi Muhammad Al-ghazali
Muhammad Al-Ghazali lahir pada tanggal 22 september 1917 di naqla al-‘Inab, al-Bukhaira Mesir. Ia adalah seorang da`i terkenal, penulis produktif (tidak kurang dari empat puluh buku telah ditulisnya), dan mantan aktivis Al-Ikhwan Al-Muslimun, di samping seorang ulama beraliran Salafi. Dua karyanya yang penuh diterbitkan oleh Mizan adalah Keprihatinan Seorang Juru Dakwah (1984) dan Al-Ghazali Menjawab 40 Soal Islam Abad 20 (1989).
Menurut Muhammad al-Ghazali ada lima kriteria keshahihan hadits yaitu tiga terkait dengan sanad (periwayat harus dhabit dan adil, serta keduanya harus memiliki seluruh rawi dalam sanad) dan dua kriteria terkait dengan matan (matan hadits tidak syadz atau salah seorang atau beberapa rawinya bertentangan periwatannya dengan perawi yang lain yang lebih akurat dan lebih dapat dipercayai dan matan hadits tidak mengandung ‘illah qadihah cacat yang diketahui oleh para ahli hadits sehingga mereka menolaknya). Beliau tidak memadukkan unsur ketersambungan sanad sebagai kriteria keshahihan hadits.

Hasil gambar untuk MUHAMMAD AL-GHAZALI

Menurutnya, untuk mempraktekkan kriteria itu memerlukan kerjasama atau saling sapa antara Muhaddits dengan berbagai ahli dibidangnya termasuk fuqaha, Mufassir, Ahli Ushul Fiqh, Ahli Kalam dan lainnya.
2.      Metode yang digunakan
a.    Pengujian dengan Al-Qur’an
Ia mengecam keras terhadap orang yang memahami dan mengamalkan secara tekstual hadits yang shahih sanadnya namun matannya bertentangan dengan Al-Qur’an. Keyakinan ini berasal dari kedudukan hadits sebagai sumber otoritatif setelah Al-Qur’an dan tidak semua hadits dipahami secara benar oleh periwayatnya. Mengkaji Al-Qur’an dengan porsi sedikit dari hadits tidak mungkin memberikan gambaran yang mendalam. Selama menyangkut kritik matan dalam pengertian memfilter matan yang shahih dhaif dan kritik matan dalam memahami hadits menggunakan metode ini.

Penggunaan metode ini adalah setiap hadits harus dipahami dalam kerangka makna yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an baik secara langsung atau tidak. Penerapan pemahaman hadits dengan metode ini dijalankan secara konsisten, sehingga banyak hadits yang shahih seperti dalam kitab Shahih Bukhari Muslim yang dianggap dhaif. Ia akan mengutamakan hadits yang sanadnya dhaif, bila kandungan maknanya sinkron dengan prinsip ajaran Al-Qur’an daripada hadits yang sanadnya shahih akan tetapi kandungan maknanya tidak sinkron dengan inti ajaran Al-Qur’an dalam persoalan kemashlahatan dan muamalah duniawiyah.
b.      Pengujian dengan Hadits
Pengujian ini menggunakan matan hadits yang dijadikan dasar argumen tidak bertentangan dengan hadits mutawatir dan hadits yang lebih shahih. Setiap hadits harus dikaitkan dengan hadits lainnya untuk menentukan suatu hukum. Kemudian hadits itu dikomparasikan dengan apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an.
c.       Pengujian dengan fakta historis
Hadits dan sejarah memiliki hubungan sinergis yang saling menguatkan satu sama lain. Adanya kecocokan antara hadits dengan fakta sejarah akan menjadikan hadits memiliki sandaran validitas yang kokoh, sebaliknya apabila terjadi penyimpangan antar keduanya, salah satu diantara keduanya akan diragukan kebenarannya.
d.      Pengujian dengan kebenaran ilmiah
Pengujian ini diartikan bahwa setiap kandungan matan hadits tidak boleh bertentangan dengan teori ilmu pengetahuan atau penemuan ilmiah dan juga memenuhi rasa keadilan atau tidak bertentangan dengan hak asasi manusia jadi tidak masuk akal bila hadits mengabaikan keadilan. Hadits shahih apabila muatan informasinya bertentangan dengan prinsip keadilan dan prinsip hak asasi manusia dianggap tidak layak pakai.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar