HARUN NASUTION
Prof. Dr. Harun adalah
seorang filsuf Muslim Indonesia. Harun Nasution
lahir pada hari Selasa tepatnya pada tanggal 23 September 1919 di Pematang
Siantar, Sumatera Utara. Putra dari Abdul Jabber Ahmad, seorang pedagang asal
mandailingdan qadhi (penghulu) pada masa pemerintahan belanda di kabupaten
Simalungun. Sedangkan ibunya Maimunah seorang boru Mandailing Tapanuli.
A. Riwayat
Pendidikan
Harun Nasution bersekolah
di HIS (Hollandsche Indlansche School) dan lulus pada tahun 1934.
Pada tahun 1937, lulus dari Moderne Islamietische Kweekschool. Ia melanjutkan pendidikan di
Ahliyah Universitas Al-Azhar pada
tahun 1940. Dan pada tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American
University of Cairo.
Pada saat usia menginjak
14 Tahun, Harun Nasution telah menamatkan belajarnya di Hillands Inladsche
School (HIS) pada tahun1943. Kemudian ia berniat melanjutkan studinya di Meer
Uitgebreid Lager OnderwijsI (MULO), tapi tidak direstui oleh orang tuanya.
Akhirnya Harun Nasution Melanjutkan studinya disekolah Islam, Moderne
Islamietische Kweekschool (MIK) di Bukittinggi. Disekolah inilah ia merasa
cocok. Ia belajar di sekolah selama 3 tahun.
Harun Nasution pernah
belajar ilmu agama kepada Abdul Malik Jambek, seorang ulama moderat
Bukittinggi. Saat belajar kepada ulama ini, Harun Nasution mulai terlihat daya
kritisnya terhadap segala hal, termasuk berbagai hukum islam yang selama ini
dijalankan kedua orang tuanya. Misalnya, ia sudah mengetahui bahwa memegang
al-qur’an tanpa harus berwudhu terlebih dahulu diperbolehkan menurut salah satu
mazhab fiqih.
Tapi, karena inilah di
larang ia dilarang melanjutkan studinya di sekolah guru Muhammadiyah di Solo.
Harun Nasution dipaksa orang tuanya untuk melanjutkan studinya di Mekah agar
jadi lebih “lurus”. Namun, ia merasa Mekah bukanlah tempat yang tepat baginya
untuk mengembagkan dunia keilmuan. Akhirnya pada tahun 1938, saat usianya baru
21 tahun, ia hijrah ke Mesir dan melanjutkan studi ke al-Azhar University dan
tamat pada tahun 1940.
Selepas dari al-Azhar,
Harun Nasution melanjutkan studi di Universitas Amerika di Kairo dan
menyelesaikan studi sosial dengan gelar sarjana muda pada tahun 1952. Pada
tahun 1953, ia kembali ke Indonesia dan mendapat tugas di Departemen Luar
Negeri di Timur Tengah. Sebelumnya ia bekerja di kantor delegasi, yang kemudian
menjadi Perwakilan Republik Indonesia di Kairo. Tugas diplomatnya di luar
negeri berlanjut kembali sejak ia bekerja di kedaulatan Republik Indonesia di
Brussel mulai akhir Desember 1955. Selama tiga tahun, ia bekerja di sana
mewakili pimpinan ke berbagai pertemuan. Hal ini disebabkan karena kemampuannya
berbahasa Belanda, Perancis, Arab, dan Inggri, serta penguasaannya terhadap
masalah politik luar negeri Indonesia saat itu.
Disebabkan pengaruh
komunis yang semakin menguat di Indonesia, Harun memutuskan keluar dari
kedaulatan. Kecintaannya pada dunia ilmu tetap membara, selanjutnya Harun
Nasution memutuskan untuk kedua kalinya melanjutkan studi ke Mesir. Ia memilih
belajar di lembaga Dirasat Islamiyyah. Studinya di Mesir tidak dapat
dilanjutkan akibat kekurangan biaya. Ketika itulah, ia menerima tawaran
beasiswa dariInstitute of Islami Studies MC Gill, Montreal Canada pada tahun
1965 oleh Prof. Rasyidi, orang yang kemudian menjadi partner polemiknya di
bidang pemikiran dan pembaharuan Islam.
Harun Nasution memperoleh
gelar magister dari Canada dengan tesis tentang sejarah Indonesia, The Islamic
State in Indonesia: The Rise of The Ideologi, The Movement for its Creation and
the Theory of the Masyumi pada tahun 1965. Tiga tahun berikutnya tepatnya pada
tahun 1968, ia memperoleh gelar doktor (Ph.D) dalam bidang studi Islam pada universitas
yang sama dengan desertasi : The Place of Reason in ‘Abduh’s Theologi: Its
Impact on His Theological System and Views.Setahun kemudian, tepatnya pada
tahun 1969, ia kembali ke Indonesia.
Setelah kembali ke
Indonesia, Harun Nasution melibatkan diri dalam bidang akademis dengan menjadi
dosen di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IKIP Jakarta, dan Universitas
Nasional. Kesibukan akademis
B.
Karier
Harun Nasution menjadi
pegawai Deplu Brussels dan Kairo pada
tahun 1953-1960. Dia meraih gelar doktor diUniversitas McGill di Kanada pada tahun 1968.
Selanjutnya, pada 1969 menjadi rektor di IAIN Syarif Hidayatullah danUniversitas Negeri Jakarta.
Pada tahun 1973, menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Harun
Nasution wafat pada tanggal 18 September 1998 di Jakarta.
C.
Pemikiran Harun Nasution
Harun Nasution dikenal
sebagai tokoh yang memuji aliran Muktazilah (rasionalis), yang berdasar pada
peran akal dalam kehidupan beragama. Dalam ceramahnya, Harun selalu menekankan
agar kaum Muslim Indonesia berpikir secara rasional.
Harun Nasution juga
dikenal sebagai tokoh yang berpikiran terbuka. Ketika ramai dibicarakan tentang
hubungan antar agama pada tahun 1975,
Harun Nasution dikenal sebagai tokoh yang berpikiran luwes lalu mengusulkan
pembentukan wadah musyawarah antar agama, yang bertujuan untuk menghilangkan
rasa saling curiga.
Selama kepemimpinan Harun
Nasution di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah banyak gagasan pembaruan
yang di praktikkannya, antara lain:
1.
Menumbuhkan tradisi
ilmiah. Upaya ini dilakukan dengan cara mengubah sistem perkuliahan yang semula
bercorak hapalan, texbook thinking, dan cenderung menganut mazhab mazhab
tertentu, menjadi sistem perkuliahan yang mengajak mahasiswa berfikir secara
rasional, kritis, inovatif, objektif, dan menghargai perbedaan pendapat.
2.
Memperbarui kurikulum.
Upaya ini antara lain dilakukan harun nasution dengan cara memperbarui
kurikulum IAIN syrif hidayatullah jakarta.
3.
Pembinaan
tenaga dosen. Upaya ini dilakukan dengan cara membentuk Forum
Pengkajian Islam (FPI) dan diskusi yang dibagi kedalam diskusi mingguan dan
bulanan. Pada setiap kali diskusi tersebut para dosen wajibkan membuat makalah
ilmiah dengan bobot dan standar yang ditentukan, dan kemudian menyajikannya
dalam forum ilmiah.
4.
Menerbitkan
Jurnal Ilmiah. Melalui jurnal ini berbagai makalah yang disusun para dosen dan
disajikan dalamforum kajian tersebut diatas, dilanjutkan dengan diterbitkannya
pada Jurnal Ilmiah.
5.
Pengembangan
perpustakaan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan membangun gedung
perpuatakaan yang memadai, jumlah buku yang memadai, serta sistem pelayanan
yang lebih baik.
6.
Pengembangan
organisasi.
7.
Pembukaan
Program Pascasarjana. Seiring dengan upaya meningkatkan mutu tenaga pengajar,
maka pada tahun 1982 telah dibuka program pascasarjana untuk starata 2 (S2) dan
Starata 3 (S3) yang langsung beliau pimpin.
8.
Menjadikan
IAIN sebagai Pusat Pembaruan Pemikiran dalam Islam.
D.
Karya-karya
Disamping sebagai seorang
pengajar, Harun Nasution juga dikenal sebagai penulis. Beberapa buku yang
pernah ditulis oleh Harun Nasution antara lain :
·
Akal dan Wahyu Dalam Islam (1981)
·
Filsafat Agama (1973)
·
Islam Rasional (1995)
·
Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1975)
·
Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya
·
Teologi Islam
·
Filsafat dan Mistisme Dalam Islam
https://simba-corp.blogspot.com/2018/12/makalah-metodologi-studi-islam.html?showComment=1544105975375&m=1#c2397248893139910960
BalasHapus