--> Biografi Harun Nasution | Fragmen Ilmiah

Himpunan Makalah, Skripsi, dan Jurnal

Total Tayangan Halaman

25/12/18

Biografi Harun Nasution

| 25/12/18
HARUN NASUTION





Prof. Dr. Harun adalah seorang filsuf Muslim Indonesia. Harun Nasution lahir pada hari Selasa tepatnya pada tanggal 23 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Putra dari Abdul Jabber Ahmad, seorang pedagang asal mandailingdan qadhi (penghulu) pada masa pemerintahan belanda di kabupaten Simalungun. Sedangkan ibunya Maimunah seorang boru Mandailing Tapanuli.

A.   Riwayat Pendidikan
Harun Nasution bersekolah di HIS (Hollandsche Indlansche School) dan lulus pada tahun 1934. Pada tahun 1937, lulus dari Moderne Islamietische Kweekschool. Ia melanjutkan pendidikan di Ahliyah Universitas Al-Azhar pada tahun 1940. Dan pada tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American University of Cairo.
Pada saat usia menginjak 14 Tahun, Harun Nasution telah menamatkan belajarnya di Hillands Inladsche School (HIS) pada tahun1943. Kemudian ia berniat melanjutkan studinya di Meer Uitgebreid Lager OnderwijsI (MULO), tapi tidak direstui oleh orang tuanya. Akhirnya Harun Nasution Melanjutkan studinya disekolah Islam, Moderne Islamietische Kweekschool (MIK) di Bukittinggi. Disekolah inilah ia merasa cocok. Ia belajar di sekolah selama 3 tahun.
Harun Nasution pernah belajar ilmu agama kepada Abdul Malik Jambek, seorang ulama moderat Bukittinggi. Saat belajar kepada ulama ini, Harun Nasution mulai terlihat daya kritisnya terhadap segala hal, termasuk berbagai hukum islam yang selama ini dijalankan kedua orang tuanya. Misalnya, ia sudah mengetahui bahwa memegang al-qur’an tanpa harus berwudhu terlebih dahulu diperbolehkan menurut salah satu mazhab fiqih.
Tapi, karena inilah di larang ia dilarang melanjutkan studinya di sekolah guru Muhammadiyah di Solo. Harun Nasution dipaksa orang tuanya untuk melanjutkan studinya di Mekah agar jadi lebih “lurus”. Namun, ia merasa Mekah bukanlah tempat yang tepat baginya untuk mengembagkan dunia keilmuan. Akhirnya pada tahun 1938, saat usianya baru 21 tahun, ia hijrah ke Mesir dan melanjutkan studi ke al-Azhar University dan tamat pada tahun 1940.
Selepas dari al-Azhar, Harun Nasution melanjutkan studi di Universitas Amerika di Kairo dan menyelesaikan studi sosial dengan gelar sarjana muda pada tahun 1952. Pada tahun 1953, ia kembali ke Indonesia dan mendapat tugas di Departemen Luar Negeri di Timur Tengah. Sebelumnya ia bekerja di kantor delegasi, yang kemudian menjadi Perwakilan Republik Indonesia di Kairo. Tugas diplomatnya di luar negeri berlanjut kembali sejak ia bekerja di kedaulatan Republik Indonesia di Brussel mulai akhir Desember 1955. Selama tiga tahun, ia bekerja di sana mewakili pimpinan ke berbagai pertemuan. Hal ini disebabkan karena kemampuannya berbahasa Belanda, Perancis, Arab, dan Inggri, serta penguasaannya terhadap masalah politik luar negeri Indonesia saat itu.
Disebabkan pengaruh komunis yang semakin menguat di Indonesia, Harun memutuskan keluar dari kedaulatan. Kecintaannya pada dunia ilmu tetap membara, selanjutnya Harun Nasution memutuskan untuk kedua kalinya melanjutkan studi ke Mesir. Ia memilih belajar di lembaga Dirasat Islamiyyah. Studinya di Mesir tidak dapat dilanjutkan akibat kekurangan biaya. Ketika itulah, ia menerima tawaran beasiswa dariInstitute of Islami Studies MC Gill, Montreal Canada pada tahun 1965 oleh Prof. Rasyidi, orang yang kemudian menjadi partner polemiknya di bidang pemikiran dan pembaharuan Islam.
Harun Nasution memperoleh gelar magister dari Canada dengan tesis tentang sejarah Indonesia, The Islamic State in Indonesia: The Rise of The Ideologi, The Movement for its Creation and the Theory of the Masyumi pada tahun 1965. Tiga tahun berikutnya tepatnya pada tahun 1968, ia memperoleh gelar doktor (Ph.D) dalam bidang studi Islam pada universitas yang sama dengan desertasi : The Place of Reason in ‘Abduh’s Theologi: Its Impact on His Theological System and Views.Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1969, ia kembali ke Indonesia.
Setelah kembali ke Indonesia, Harun Nasution melibatkan diri dalam bidang akademis dengan menjadi dosen di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IKIP Jakarta, dan Universitas Nasional. Kesibukan akademis

B.   Karier
Harun Nasution menjadi pegawai Deplu Brussels dan Kairo pada tahun 1953-1960. Dia meraih gelar doktor diUniversitas McGill di Kanada pada tahun 1968. Selanjutnya, pada 1969 menjadi rektor di IAIN Syarif Hidayatullah danUniversitas Negeri Jakarta. Pada tahun 1973, menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Harun Nasution wafat pada tanggal 18 September 1998 di Jakarta.

C.   Pemikiran Harun Nasution
Harun Nasution dikenal sebagai tokoh yang memuji aliran Muktazilah (rasionalis), yang berdasar pada peran akal dalam kehidupan beragama. Dalam ceramahnya, Harun selalu menekankan agar kaum Muslim Indonesia berpikir secara rasional.
Harun Nasution juga dikenal sebagai tokoh yang berpikiran terbuka. Ketika ramai dibicarakan tentang hubungan antar agama pada tahun 1975, Harun Nasution dikenal sebagai tokoh yang berpikiran luwes lalu mengusulkan pembentukan wadah musyawarah antar agama, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa saling curiga.
Selama kepemimpinan Harun Nasution di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah banyak gagasan pembaruan yang di praktikkannya, antara lain:
1.                 Menumbuhkan tradisi ilmiah. Upaya ini dilakukan dengan cara mengubah sistem perkuliahan yang semula bercorak hapalan, texbook thinking, dan cenderung menganut mazhab mazhab tertentu, menjadi sistem perkuliahan yang mengajak mahasiswa berfikir secara rasional, kritis, inovatif, objektif, dan menghargai perbedaan pendapat.
2.                 Memperbarui kurikulum. Upaya ini antara lain dilakukan harun nasution dengan cara memperbarui kurikulum IAIN syrif hidayatullah jakarta.
3.       Pembinaan tenaga dosen. Upaya ini dilakukan dengan cara membentuk Forum Pengkajian Islam (FPI) dan diskusi yang dibagi kedalam diskusi mingguan dan bulanan. Pada setiap kali diskusi tersebut para dosen wajibkan membuat makalah ilmiah dengan bobot dan standar yang ditentukan, dan kemudian menyajikannya dalam forum ilmiah.
4.       Menerbitkan Jurnal Ilmiah. Melalui jurnal ini berbagai makalah yang disusun para dosen dan disajikan dalamforum kajian tersebut diatas, dilanjutkan dengan diterbitkannya pada Jurnal Ilmiah.
5.       Pengembangan perpustakaan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan membangun gedung perpuatakaan yang memadai, jumlah buku yang memadai, serta sistem pelayanan yang lebih baik.
6.       Pengembangan organisasi.
7.       Pembukaan Program Pascasarjana. Seiring dengan upaya meningkatkan mutu tenaga pengajar, maka pada tahun 1982 telah dibuka program pascasarjana untuk starata 2 (S2) dan Starata 3 (S3) yang langsung beliau pimpin.
8.       Menjadikan IAIN sebagai Pusat Pembaruan Pemikiran dalam Islam.


D.   Karya-karya
Disamping sebagai seorang pengajar, Harun Nasution juga dikenal sebagai penulis. Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Harun Nasution antara lain :
·         Akal dan Wahyu Dalam Islam (1981)
·         Filsafat Agama (1973)
·         Islam Rasional (1995)
·         Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1975)
·         Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya
·         Teologi Islam
·         Filsafat dan Mistisme Dalam Islam


Related Posts

1 komentar:

  1. https://simba-corp.blogspot.com/2018/12/makalah-metodologi-studi-islam.html?showComment=1544105975375&m=1#c2397248893139910960

    BalasHapus