Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini
Melalui Dongeng
Pendidikan
anak usia dini merupakan masa emas pada
perkembagan anak. Pada masa ini terjadi perkembangan anak yang luar biasa,
seperti berbahasa, berbicara, bercerita dan berdongeng. Berbicara merupakan
alat komunikasi yang sangat penting dan mempunyai peran dalam
perkembaganintelektual, sosial dan emosional pada anak. Pada masa kanak-kanak,
anak akan berubah secara bertahap dan mulai melakukan komunikasih dengan
suara misalnya tertawa danmenangis, lalu
berkomunikasi dengan gerakan misalnya
menganggukan kepala dan menggelengkan kepala, kemampuan berbicara adalah
kemampuan anak untuk untuk
berkomunikasi. Secara lisan dengan orang lain.[1]
Kemampuan
berbicara ini akan memberikan gambaran tentang kesanggupan anak dalam menyusun bebagai kosa kata yang telah
dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan yang berstruktur pada anak.
Berdongeng merupakan kegiatan yang
sangat bermanfaat bagi perkembangan berbicara pada anak, karena dengan
berdongeng dapat mengasah daya pikir, imajinasi pada anak meningkatkan
kemampuan berkomunikasi, membangun
karakter anak, dapat menghangatkan hubunganorang tua dan anak dan dapat mendekatkan hubungan guru dan peserta didiknya.[2]
Tidak
semua anak menyukai dongeng karena
dongeng kurang menarik, sifat anak yang tergolong lebih suka suasana melihat
gambar bergerak dan gawai, anak yang
kurang gemar membaca dan mendengarkan dongeng,
masih banyak anak yang belum lancar berbicara dan anak yang susah berinteraksi kepada teman-temannya.[3]
Dengan berjalannya waktu
dan perkembangan teknologi berdongeng
mulai tidakdi sukai lagi oleh anak-bagi orang tua
yang tidak memperhatikan pertumbuhan tumbuh kembang anak, sehingga anak lambat
berbicara, tidak percaya diri dan susah berinteraksi dengan teman-temannya.
Berdongeng sebenarnya bukansarana untuk menidurkan anak, melaikan untuk
meningkatkan kedekatan hubungan orang tua dan anak, guru dan peserta didik,
namun dunia anak merupakan dunia yang
aktif, pasti tidak akan mudah membuat
anak duduk tenang dan fokus pada dongeng
yang akan disampaikan. Akantetapi jangan biarkan hal ini membuat orang tua dan guru
menyerah. Menurut pendongeng sekaligus pendiri kampong dongeng “AwanPrakoso” ada beberapa cara yang bisa
dilakukan agar dongeng bisa menjadi kegiatan yang menarik dan mengasikkan bagi anak yaitu:[4]
1.
Posisi
perlu di perhatikan.
Jika
anaksedang bermain,sebaiknya jangandulu di gangu karena bermainbagi anak-anak itu adalah keseriusan yang luar biasa. adi pililah posisi mendongeng yang pas
sepeti sebelum tidur, atau
menjelang makan, biasanya
menemani anak agar mau di suapi.
2.
Upaya
vokal danekspresi lucu dengancara membiasakan suara yang lucu yang di sukai
anak-anak. Seperti minsalnya menirukan suara binatang dandi kombinasi
dengan bantuan gerakan tangan sehingga anak tidak merasa bosan dengan dongeng yang sedang kita ceritakan.
3.
Siapkan alat peraga agar anak-anak melihat ekspresi dan gambaran cerita dengan nyata.
Awalilah sebelum berdongeng untukmengasah
pikiran anak terlebih dahulu supaya anak
mengasah otaknya untuk berpikir dan berimajinasi. minsalnya main tebak-tebakkan lagu dll.
4.
Tenang
Usahakan kondisi denganlagi keadaan santai.
5.
Melibatkan anak dalam satu tempat dua adegan teknik ini sangat di anjurkan agar anak tidak merasa bosan dengan suasana sehingga anak ikut dalam bercerita dan bisa meningkatkan kemampuan berbicaranya.
6. Bijaksana dalam menyampaikan dongeng.
Menyampaikan dongeng tidak sama dengan menyampaikan cerita umum, ada anak yang
perlu penenang lebih lanjut minsalnya anak yang pendiam, yang tidak suka
berinteaksi dengan teman-temannya. Jadi banyak sekali
manfaat berdongeng, bukanhanya
mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak saja akan tetapi juga bisa meningkatkatkan berbahasa pada anak.
“Menurut Lilian Hole Well dalam A Book For Children
Literature mencatat manfaat mendongeng paling sedikitnya enam manfaat:
1.
Membantu anak dalam mengembangkan daya imajinasi dan pengalaman
emosional.
2.
Memuaskan kebutuhan ekspresi diri anak melalui proses identifikasi
3.
Memberikan pendidikan moral tanpa menggurui anak
4.
Memperluas cakrawala mental anak dan memberikan kesempatan pada
anak untuk meresapi keindahan dari alur cerita yang didengarnya
5.
Menumbuhkan rasa humor dalam diri anak f. Memberikan persiapan
apresiasi sastra dalam kehidupan anak setelah anak tumbuh dewasa.”
“Peran seorang pendidik yang profisional dan keriatif merupakan
pendidik yang memiliki wawasan dan pengetahuan sehingga mampu menciptakan suatu
kegiatan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan metode-metode yang dapat
menggerakan anak untuk mengeksperisikan perasaan agar terjadi pembiasaan tingka
laku ynag baik secara terus menerus dan tingka laku yang hanya dapat terjadi
dalam suasana saling percaya. Dan juga guru mempunyai peran dapat mewujudkan
aspek-aspek perkembangan anak terutama perkembangan sosial emosional yaitu
mengembangkan pengembangan empati anak degan cara menjadi model dan contoh
teladan dalam bersikap dan beperilaku agar anak dapat meniru perilaku baik dan
berkembang empati anak. (Conny 2008:60).”
“Hasil belajar adalah suatu perubahan individu yang belajar tidak
hanya mengetahui pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan
diri pribadi individu yang belajar. Kemampuan empati adalah kemampuan untuk
mengetahuai perasana orang lain. Empati merupakan akar kepedulian dan kasih
sayang dalam setiap hubungan emosional anak dalam upayanya untuk menyesuaikan
emosionalnya dengan emosional orang lain. Empati merupakan kunci untuk memahami
perasaan orang lain sehingga anak mampu menunjukan sikap toleransinya dan dapat
memberikan kasih sayang, memahami kebutuhan temanya, serta mau menolong teman
yang sedang mengalami kesulitan. Anak yang belajar berempati akan memiliki
kepedulian dan mampu mengendalikan emosinya dengan mampu memberi dan menerima
maaf serta anak mau bermain bersama dan saling berbagi dengan temanya. Menurut
Golemen (1997:136).”
Di
tengah banyaknya kasus kekerasan, dongeng dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa cinta kasih, empati dan simpati pada
sesama. Konstruksi cerita yang
diinternalisasikan pada diri anak tentunya diorientasikan agar perkembangan jiwanya diwarnai oleh nuansa kedamaian dan toleransi namun tetap diwarnai kesadaran kritis. Lewat media dongeng hal itu dapat dilakukan,
karena media ini memberi peluang untuk terjadinya
dialog empati tanpa dominasi. Sehingga memungkinkan tersemaikannya kesadaran kritis pada mereka. Muaranya adalah akan menyebabkan jiwa anak terkonstruksi
pada hal yang bersifat manusiawi.
Selain
metode dongeng, empati pada anak dapat dikembangkan melalui metode bermain
peran. Metode bermain peran adalah suatu proses pembelajaran artinya anak dapat
berperan langsung dengan apa yang telah dilihatnya serta dengan melaksanakan
metode bermain peran anak dapat menyelami perasaan orang lain tanpa anak ikut
larut di dalamnya. Sebagaimana di kemukakan Rachmawati (2007), bermain peran
yaitu permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak yang
akan mengembangkan imajinasi dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang
dilaksanakan.
Kusumo Priyono dalam bukunya
Terampil Mendongeng (2003) mengemukakan pengertian mendongeng yang terbagi ke
dalam beberapa kelompok, yaitu :
1.
Dongeng yang berhubungan dengan
legenda, yaitu tentang kepercayaan masyarakat terkait asal mula terjadinya
sesuatu. Misalnya Gunung Tangkuban perahu, dll.
2.
Fabel, yaitu dongeng yang
berkaitan dengan dunia binatang yang digambar-kan dan bersifat seperti manusia.
Cocok untuk menyindir, penanaman nilai, dan pembelajaran. Misalnya kancil, dll.
3.
Mite, yaitu dongeng tentang
kepercayaan spiritual. Misalnya tentang dewa-dewa, dll. d. Dongeng pelipur lara
yang berfungsi sebagai selingan saat istirahat.
4.
Cerita-cerita rakyat
1.
Dongeng
Tradisional, merupakan dongeng yang berkaitan dengan dongeng rakyat dan
biasanya turun termurun. Misalnya, Dongeng Legenda Banyuwangi dan Malin
Kundang.
2.
Dongeng
Futuristik (Modern) disebut juga dongeng fantasi. Dongeng ini biasanya berdongeng
tentang sesuatu yang fantastik, misal tokohnya tiba-tiba menghilang. Misalnya,
Dongeng Doraemon dan Superman yang bisa terbang.
3.
Dongeng
pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan bagi
dunia anak-anak, misalnya Dongeng Monster Kuman Gigi agar anak rajin menggosok
gigi.
4.
Fabel adalah
dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan bisa berbicara seperti
manusia, misalnya Dongeng Burung Merak yang Sombong dan Singa Berguru pada
Kucing
5.
Dongeng
sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng ini banyak
yang bertemakan kepahlawanan. Misalnya, Dongeng masa kecil RA. Kartini.
6.
Dongeng
terapi adalah dongeng yang diperuntukkan bagi anak-anak korban bencana atau
anak-anak yang sakit. Misalnya, Dongeng Abu Nawas yang cerdik dan Jenaka.
Menurut Moeslichatoen (2004), terdapat
beberapa macam teknik mendongeng yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut.
1.
Membaca
langsung dari buku dongeng Teknik mendongeng dengan membacakan langsung sangat
efektif apabila pendidik memiliki buku dongeng yang menarik dan cocok untuk
dibacakan kepada anak. Indikator bahwa dongeng yang disajikan pendidik dapat
dipahami serta sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak usia dini,
antara lain pesanpesan yang disampaikan dapat ditangkap anak, anak dapat
memahami perbuatan itu salah dan benar, serta kejadian yang didongengkan
mengisahkan sesuatu lucu atau kejadian yang menarik.
2.
Mendongeng
menggunakan ilustrasi gambar dari buku Teknik mendongeng ini akan efektif
apabila dongeng yang disampaikan pada anak disuguhkan ilustrasi gambar dari
buku yang dapat menarik perhatian anak. Menceritakan dongeng tanpa ilustrasi
gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan apabila anak
mendengarkan dongeng dari buku dongeng bergambar. Penggunaan ilustrasi gambar
dalam berdongeng dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan
serta mengikat perhatian anak pada jalan atau alur cerita yang didongengkan.
3.
Menceritakan
dongeng secara langsung Menceritakan dongeng secara langsung merupakan salah
cara tradisi penuturan suatu kisah lama dari mulut ke mulut dan dari satu generasi
ke generasi berikutnya.
4.
Mendongeng
dengan menggunakan papan flanel Pendidik dapat membuat papan flanel dengan
melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya warna
abu-abu. Gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam dongeng digunting
polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapisi dengan kertas gosok yang paling
halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya dapat melekat.
5.
Mendongeng
dengan menggunakan media boneka Pemilihan mendongeng dengan menggunakan boneka
akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari
ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, nenek, kakek, dan bisa ditambahkan
anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan
perwatakan pemegang peran tertentu.
6.
Dramatisasi
suatu dongeng Pendidik dalam mendongeng memainkan perwatakan tokoh- tokoh dalam
suatu dongeng yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat
universal (Gordon dan Browne, 1985:325). Dongeng anak-anak yang disukai adalah
Timun Emas dan Si Kancil Mencuri Ketimun.
7.
Mendongeng
sambil memainkan jari-jari tangan Pendidik dapat menceritakan perilaku
tokohtokoh dalam dongeng dengan memainkan jari-jari tangan yang didesain
sedemikian rupa agar memikat perhatian anak. Namun, tentu saja teknik ini
membutuhkan keterampilan pendidik dalam memainkan jari-jari tangan dan mengolah
berbagai macam suara (intonasi, warna dan volume).
DAFTAR
PUSTAKA
Https:// Sains Kompas.com /read/2012/05/15/14553591/ agardongeng lebih memikat si kecil.
Https:// Sains Kompas.com
/read/2012/05/15/14553591/ agar dongeng
lebih memikat si kecil.
Gustimarni. Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui bermain peran
usia 5-6 tahun di TK Permataku merangin kabupaten kampar. Jurnal EDUCHILD Vol.
5 No. 1 Tahun 2016
Nurmawahda Nila, Skripsi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Tarbiyah
UIN Jakarta. “Implementasi Metode Mendongeng Kak Awam Prakoso Dalam
Menyampaikan Pesan Moral Pada Anak Usia Dini”. Jakarta 2019
Kusmaidi Ade, dkk. Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode
Dongeng Bagi Pendidik PAUD. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF Vol. 3 No. 2, 2008
[3]
Diakses di : http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/index.php/berita/index/20181022140231/Tingkatkan-Literasi-Baca-Awali-dengan-Mendongeng. Pada 26 Desember 2019
Kunjungi https://penadiujungsenja2.blogspot.com/?m=1
BalasHapus