--> MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA | Fragmen Ilmiah

Himpunan Makalah, Skripsi, dan Jurnal

Total Tayangan Halaman

11/11/19

MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA

| 11/11/19

MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA

Hasil gambar untuk ISLAM DAN BUDAYA

BAB II PEMBAHASAN

A.    pengertian islam dan budaya
a)      Islam    
Islam adalah agama yang bersifat universal, risalahnya diturunkan kepada seluruh umat manusia tanpa memandang suku, ras, dan seabagainya. Ia dapat diterima dimanapun dan kapanpun (Islam sholih likulli zaman wa makan). Hal itu terbukti dengan sikap moderatnya terhadap berbagai budaya lokal yang berkembang, bahkan kadang mengakomodasi dari budaya lokal itu sendiri. Disamping itu banyaknya ikhtilaf dari ulama dalam memahami ajaran agama islam benar-benar menjadi sebuah rahmat sehingga islam dapat selalu sesuai dengan pelbagai situasi dan kondisi. Senada dengan fiman Allah :
تَبَارَكَ الَّذِي نزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِه لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا                                                                    
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).”
Meskipun Indonesia merupakan negara dengan penganut islam terbesar, tapi berbeda dengan negara islam lainya, Indonesia termasuk yang paling sedikit ter-arabisasi-kan. Dapat tercermin dari proses masuknya islam ke Indonesia, ia tidak menghilangkan semua budaya lokal yang lebih dulu ada dalam tatanan masyarakat, dan disamping itu islam tidak datang dengan menggunakan militer dan kekerasan, tapi dengan jalan yang damai lewat perdagangan, perkawinan, dan kesenian.
b)      Budaya
Menurut Suparlan (1986: 107) kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model pengetahuan, yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat  adalah budaya. Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, etos kerja dan pandangan hidup.
 Kebudayaan mempunyai beberapa unsur :
1. Kesenian
2.    Sistem teknologi dan peralatan
3.    Sistem organisasi masyarakat
4.    Bahasa
5.    Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6.    Sistem pengetahuan
7.    Sistem religi

B. Akulturasi Agama dan Budaya Lokal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu.
Dari pengertian akulturasi ini, maka dalam konteks masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia) dan dalam perkembangan selanjutnya telah terjadi interaksi budaya yang saling memengaruhi. Namun dalam proses interaksi itu, pada dasarnya kebudayaan setempat yang tradisional masih tetap kuat, sehingga terdapat perpaduan budaya asli (lokal) Indonesia dengan budaya Islam. Perpaduan inilah yang kemudian disebut akulturasi kebudayaan.
Sebelum Islam datang ke Indonesia, di Nusantara (Indonesia) telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hinduisme dan Budhisme, seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Akan tetapi setelah proses Islamisasi dimulai sejak abad ke XIII, unsur agama Islam sangat memegang peranan penting dalam membangun jaringan komunikasi antara kerajaan-kerajaan pesisir dengan kerajaan-kerajaan pedalaman yang masih bercorak Hindu-Budha.
Oleh karena itu, dalam menyikapi akulturasi budaya, analisis yang digunakan berdasarkan perspektif sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Karena dalam proses Islamisasi di Indonesia tidak berjalan satu arah, tetapi banyak arah atau melalui berbagai macam pintu. Pintu-pintu itu, misalnya melalui kesenian, pewayangan,  perkawinan, pendidikan, perdagangan, aliran kebatinan, mistisisme dan tasawuf. Ini semua menyebabkan terjadinya kontak budaya, yang sulit dihindari unsur-unsur budaya lokal masuk dalam proses Islamisasi di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia harus menghadapi kebudayaan lokal yang sudah ada  seperti kebudayaan Hindu-Budha. Untuk itu, dakwah Islam di Indonesia mengakulturasikan dengan kebudayaan lokal setempat. Misalnya saja dakwah yang dibawa oleh salah satu wali songo, Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menggunakan media wayang sebagai alat untuk berdakwah. Selain inu ada konsep “Meru” dalam pembuatan Masjid Demak, Konsep Meru (atap Tumpang) pada atap Masjid Demak menandakan kebudayaan Islam telah berakulturasi dengan lokal (Hindu-Budha) dari segi arsitektur. Akulturasi ini menandakan merupakan agama yang toleran terhadap agama lain.
Peranan Islam dalam pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar. Hal ini terlihat didirikannya pondok-pondok pesantren yang berguna untuk menimba ilmu agama Islam. Pendirian pesantren-pesantren ini, membuka peluang para pemuda Indonesia untuk mempelajari Islam dan Al-Quran. Al-Quran yang dipelajari bukan hanya memuat bagaimana tata cara beribadah saja, dari segi ilmu pengetahuan juga ada di Al-Quran, sehingga dengan masuknya Islam di Indonesia membuka cakrawala ilmu pengetahuan yang lebih luas dari sebelum masuknya agama Islam.
Islam mengajarkan sistem baru dalam bidang perekonomian. Sebelum datangnya Islam perekonomian di Indonesia menggunakan sistem barter, kemudian berpindah ke sistem perdagangan. Dari sistem perdagangan ini dikenalkan uang sebagai alat untuk pembayaran. Mengapa sistem perdagangan? Sistem perdagangan ini dianjurkan dan menjadi Sunah bagi umat muslim, karena diajarkan dan dipraktekkan  oleh Rasullah SAW.
Segi religi dalam islam juga menawarkan proses pengkuburan yang berbeda dari kebudayaan Hindu-Budha. Pada masa Hindu Budha, sistem kuburan dilakukan dengan cara membakar (kremasi) jenasah. Di Islam hal tersebut tidak ada. Islam mengajarkan manusia yang berasal dari tanah harus kembali ke tanah. Jadi manusia yang sudah mati harus di kubur dalam tanah. Konsep ini berbeda dari konsep sebelum masuknya Islam.
Jadi, dengan demikian proses masuknya agama Islam memengaruhi semua aspek kehidupan tanpa terkecuali, termasuk sistem kebudayaan. Adanya akulturasi budaya Islam di Indonesia menandakan Islam masuk ke Indonesia bersifat toleran terhadap agama lain, Islam yang masuk ke Indonesia dilakukan secara damai tak ada paksaan untuk masuk ke dalam Islam.
 Hal ini yang membuat banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam.
Sebagai muslim, harus punya sikap kritis dalam melihat konteks akulturasi Islam dan budaya lokal dalam menelaah sejarah Islam di Indonesia. Islam itu bukanlah suatu sistem yang hanya membicarakan ke-Tuhanan saja, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah mengandung ajaran peradaban (tamaddun) yang lengkap.
Dari situ perlu kiranya ditempuh langkah-langkah untuk menciptakan keselarasan antara budaya dan islam. Pertama sudah sewajibnya setiap Muslim memahami hakikat islam dengan seksama. Kedua setiap orang juga seharusnya memahami hakikat kebudayaan dengan pelbagai cabang dan rantingnya. Ketiga setiap Muslim dalam menggali sistem nilai-nilai dasar dan norma-norma asasi islam (al-Quran dan as-Sunnah) yang berkaitan dengan pelbagai kehidupan manusia, hendaknya menggunakan pendekatan yang multi dimensional.
Cara tersebut akan menghantarkan pemahaman yang proporsional umat islam terhadap agama, yaitu :
a)    Memelihara unsur nilai dan norma kebudayaan yang sudah ada yang bersifat positif
b)   Menghilangkan nilai dan norma yang walaupun sudah ada, tetapi bersifat negatif
c)    Bersikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transmitifterhadap kebudayaan pada umumnya.
d)   Menyelenggarakan pengislaman terhadap kebudayaan-kebudayaan tersebut yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma islam.




C.Bentuk-bentuk perpaduan islam dan budaya lokal
A.    Dalam Bidang Sastra Jawa
Setelah islam masuk ke indonesia, secara otomatis nilai-nilai islam dihadapkan pada kondisi masyarakat lokal indonesia terutama jawa yang  memiliki berbagai kebudayaan dengan corak yang berbeda-beda. Dalam bidang ini, islam memiliki ketekaitan dengan karya sastra jawa dalam artian imperatif moral atau dengan kata lain bahwa karya sastra jawa dalam perkembangannya mengalami perpaduan dengan nilai-nilai keislaman sehingga karya-karya sastra yang lahir baik itu dalam bentuk puisi maupun yang lainnya telah diwarnai oleh nilai-nilai islam. 
Secara historis, karya-karya sastra jawa yang lahir dari para pujangga sebelum islam masuk ke indonesia di dominasi oleh aspek-aspek yang bercorak mistis.
 Namun setelah masuknya pengaruh budaya islam, karya-karya sastra yang kemudian lahih dari para pujangga jawa telah di bumbui dengan ajaran-ajaran islam yang tersurat dalam bait-bait sajak, puisi dan bentuk-bentuk karya sastra lainnya.
Dalam karya sastra ciptaan para pujangga kraton  pada masa perkembanganya, warna islam lebih terlihat dibanding unsur mistisnya. Nilai-nilai subtansi islam sudah sangat mewarnai karya-karya sastra yang diciptakan. Misalnya karya sastra yang menggunakan puisi jawa baru dan lain sebagainya lebih memiliki unsur-unsur kebajikan dan unsur ketauhidan sebagaimana yang diajarkan oleh islam. Contoh lain misalnya adalah mucopat yang pada saat ini sangant kental dengan nilai-nilai keislaman.
B.     Dalam bidang pewayangan
Interelasi nilai jawa dan islam dalam pewayangan merupakan salah satu bagian yang khas dari proses perkembangan budaya jawa. Wayang merupakan suatu produk budaya yang didalamnya terkandung seni estetis. Bahkan wayang selain berfungsi sebagai tontonan ia juga berfungsi sebagai tuntunan kehidupan karena di dalamnya ada nilai-nilai moral
Wayang dan budaya jawa ibarat sisi-sisi keping mata uang logam yang tak terpisahkan, maka untuk memahami budaya jawa tan keno ora (tidak boleh tidak) harus memahami wayang. Wayang mengandung makna lebih jauh dan mendalam karena mengungkapkan gambaran hidup semesta dengan segala masalahnya. Selain itu tersimpan pula nilai-nilai pandangan hidup jawa dalam menghadapi segala tantangan dan kesulitan hidup.
Wayang yang awal mulanya merupakan teradisi masyarakat lokal yang kemudian dimasukkan unsur nilai keislaman dan alur cerita yang  dirubah  dari sumber aslinya adalah manifestasi dari masuknya budaya islam yang kemudian menjadi salah satu sarana dakwah yang dilakukan oleh para wali songo terutama sunan kalijaga.
Wayang sebagai titik temu nilai budaya jawa dan islam adalah sautu momentum yang sangat berharga. Telah banyak literatur yang membahas bagaimana konsep pewayangan sebelum islam masuk keindonesia dan setelah islam masuk ke indonesia. Namun dalam hal ini sekedar mengedepankan fakta bahwa telah terjadi semacam akulturasi budaya pada praktek pewayangan.
C.     Dalam Bidang Arsitektur
Di samping penciptaan ritus-ritus keagamaan, akulturasi Islam juga dibuat dalam bentuk simbol-simbol kebudayaan. Contoh dari simbol ini adalah bentuk arsitektur bangunan masjidmasih berbentuk pure atau candi, kemudian penamaan pintu gerbang dengan istilah ‘gapura’ nama yang diambil dari bahasa Arab ghofura yang berarti pengampunan.
Masjid Demak adalah contoh konkrit dari upaya rekonsiliasi atau akomodasi itu. Ranggon atau atap yang berlapis pada masa tersebut diambil dari konsep 'Meru' dari masa pra Islam (Hindu-Budha) yang terdiri dari sembilan susun. Hal ini berbeda dengan Kristen yang membuat gereja dengan arsitektur asing, arsitektur Barat.
Namun demikian, perpaduan islam dan budaya lokal dalam bidang seni tidak hanya dalam bentuk masjid atau makam, namun juga dalam ruang lingkup yang besar, misalnya bentuk kraton, tamansari maupun arsitektur wilayah yang mencerminkan unsur-unsur budaya lokal dan unsur-unsur keislaman.
D.    Dalam Bidang Shalawat
Bentuk-bentuk akulturasi dalam bidang ini dapat juga dikategorikan sebagai suatu dampak dari kentalnya nilai-nilai islam yang mempengaruhi budaya lokal namun nuansa kedua unsur tersebut baik itu islam maupun budaya lokal masih tetap terasa. Contoh misalnya beberapa shalawatan yang ada di jogjakarta, antara lain:
a)Sholawat Rodat
Kesenian ini salah satunya ditemukan di daerah “kota santri” yaitu daerah Jejeran, Wonokromo, Bantul. Kelompok kesenian Sholawat Rodat ini menamakan dirinya Kelompok “Lintang Songo”. Kesenian Rodat merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan ummat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan ummat Islam. Kesenian ini menggunakan syair atau syiiran berbahasa arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang masykur di kalangan ummat Islam. Isi dari sholawat rodat adalah bacaan sholawat yang merupakan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.
Sesuatu yang khas dari kesenian ini ialah tarian yang mengiringi syair (yang dilagukan) dan musik rebana yang dinyanyikan secara bersama-sama (berjamaah). Tarian inilah yang disebut dengan “rodat”. Tarian ini ditarikan dengan leyek (menari sambil duduk).
b) Sholawat Maulud
Salah satu kelompok sholawat maulud yang masih eksis adalah kelompok kesenian sholawat maulud “puji rahayu” yang berada di daerah Kasihan, Bantul, DIY. Shalawat maulud sebenarnya merupakan tradisi pembacaan shalawat pada saat peringatan maulid Nabi Muhammad. Dalam perkembangannya, tradisi ini menjadi kesenian pembacaan shalawat yang dibacakan pada acara-acara khitanan, aqiqah (kelahiran bayi), maupun acara-acara rutin yang diselenggarakan masyarakat.
Kesenian ini memiliki 2 fungsi bagi masyarakat, yaitu ekspresi keberagamaan dan kesenian. Dalam pertunjukannya, prosesi diawali dengan bacaan sholawat yang diiring terbang, gong, kendang dan gamelan jawa. Perpaduan alat musik tersebut menghasilkan bunyi yang indah yang mengiringi bacaan sholawat yang bersumber dari kitab Al-Barzanji. Sesekali diiringi oleh bacaan “Rowi” (narasi) dalam bahasa Arab. Dalam perkembangannya sudah dicampur dengan lagu-lagu bahasa jawa dan bersumber dari hal-hal yang baru terjadi (missal: mereka menciptakan lagu terkait dengan bencana gempa bumi yang baru melanda Jogja dan sekitarnya).
c)      Sholawat Jawi
Shalawat Jawi di temukan di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga sudah menyebar di sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk penegasan jawanisasi kesenian Islam. Kesenian yang berkembang seiring dengan tradisi peringtaan Maulid Nabi ini mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat kepada Nabi Muhammad dengan medium bahasa Jawa, bahkan juga dengan melodi-melodi Jawa (langgam sinom, dandang-gula, pangkur dan lain-lain).
Kesenian ini merupakan ekspresi keberagamaan sekaligus ekspresi kesenian bagi pelakunya. Mereka mendapatkan manfaat keberagamaan yang mententramkan hati (sebagai kubutuhan spiritualitas) sekaligus kebutuhan akan keindahan (seni) juga terpenuhi. Kesenian tradisi islam ini di dominasi oleh para oang tua ( rata-rata di atas 50 tahun) dan regenerasi sepertinya tidak. Kalangan mudah lebih senang kesenian yang lebih modern (model dan alatnya). Jadi tidak heran kesenian ini mulai jarang ditemui, karena kelompok-kelompok kesenian ini semakin sedikit.
D. Dalam Bidang Instrument (Alat Musik)
Instrumen-instrumen yang pada saat ini digunakan oleh umat islam yang ada di jawa pada khususnya juga telah depengaruhi oleh nilai-nilai keislaman dimana pada zaman dahulu peralatan-peralatan seperti gamelan, gong, gambus, rebana dan lain sebagainya digunakan pada ritual-ritual mistis yang pada ajaran islam di anggap sebagai suatu penyimpangan. Namun pada saat setelah unsur nilai islam masuk kedalam budaya lokal masyarakat indonesia, alat-alat tersebut digunakan untuk kepentingan dakwah dan dimaknai sebagai simbol-simbol keagamaan seperti gamelan, gong, gambus, rebana dan lain sebagainya.
E. Dalam Bidang Seni Lukis
Dalam bidang ini kita dapat melihat peninggalan-peninggalan sejarah seperti candi Borobudur, Prambanan dls. Dimana pada dinding-dindingnya dipenuhi lukisan-lukisan atau ukiran-ukiran yang menunjukkan budaya jawa terdahulu sebelum masuknya islam.
Berbeda ketika melihat bangunan-bangunan masjid yang megah dan dipenuhi dengan lukisan atau ukiran kaligrafi yang indah.


BAB III PENUTUP

  A  Kesimpulan

a)Islam adalah agama yang bersifat universal, risalahnya diturunkan kepada seluruh umat manusia tanpa memandang suku, ras, dan seabagainya. Ia dapat diterima dimanapun dan kapanpun (Islam sholih likulli zaman wa makan)
b) Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model pengetahuan, yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan unsur kebudayaan : Kesenian, Sistem teknologi dan peralatan, Sistem organisasi masyarakat, Bahasa, Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi, Sistem pengetahuan, Sistem religi.
c) Untuk menciptakan keselarasan antara budaya dan islam. Pertama sudah sewajibnya setiap Muslim memahami hakikat islam dengan seksama. Kedua setiap orang juga seharusnya memahami hakikat kebudayaan dengan pelbagai cabang dan rantingnya. Ketiga setiap Muslim dalam menggali sistem nilai-nilai dasar dan norma-norma asasi islam (al-Quran dan as-Sunnah) yang berkaitan dengan pelbagai kehidupan manusia, hendaknya menggunakan pendekatan yang multi dimensional.
d) Agama dan budaya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan, sehingga kita harus mensikapinya dengan proporsional, yaitu : Memelihara unsur nilai dan norma kebudayaan yang sudah ada yang bersifat positif, Menghilangkan nilai dan norma yang walaupun sudah ada, tetapi bersifat negatif, Bersikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transmitifterhadap kebudayaan pada umumnya. Menyelenggarakan pengislaman terhadap kebudayaan-kebudayaan tersebut yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma islamn.




DAFTAR PUSTAKA

Amin, Darori, Dr. H. M. MA. 2002. Islam dan kebudayaan jawa. Yogyakarta : Gramedia

Syamsul Arifin dkk., 1996. Spiritualisasi Islam dan Peradaban Masa Depan. Yogyakarta : SIPRESS

Koentjaraningrat. 1999.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Cet. Ke-17. Jakarta: Djambatan

Millah,  vol. Viii, no. 2, februari 2009.  Jurnal Studi Agama

Dr. Purwadi Dkk. 2005. Mistik Kejawen Pujangga Ronggowarsito. Yogyakrta : Media Abadi

Damami, Muhammad. 2003. Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: LESFI.

Geertz, Clifford. 1988. Santri dan Abangan di Jawa. Jakarta: INIS.
.


Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar