--> Fragmen Ilmiah : Hasil penelusuran untuk Sastra | Deskripsi Singkat Blog di Sini

Himpunan Makalah, Skripsi, dan Jurnal

Total Tayangan Halaman

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Sastra. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Sastra. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

10/12/18

Sejarah Sastra Arab Sejak dari Zaman Jahiliyyah hingga Zaman Bani Umayyah, Serta Tokoh-tokohnya

Sejarah Sastra Arab Sejak dari Zaman Jahiliyyah hingga Zaman Bani Umayyah, Serta Tokoh-tokohnya

Sejarah Sastra Arab

SASTRA ARAB: Dalam kaitannya disini kami akan mengkaji bahasa asing dalam lingkup bahasa dan sastra arab.


Sejarah Sastra Arab Sejak dari Zaman Jahiliyyah hingga Zaman Bani Umayyah, Serta Tokoh-tokohnya

GUDANGMAKALAH165.BLOGSPOT.COM - Dewasa ini kita ketahui ranah kebahasaan semakin meluas di dunia Internasional.

BAB I, PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita dituntut tidak hanya sebatas mempelajari bahasa dalam negeri saja.

Oleh sebab itu berbagai pengembangan bahasa asingpun banyak bermunculan di tengah-tengah kita.

Sebagai wujud dari antusias pemerintah dan masyarakat, kemudian banyak inovasi yang diwujudkan pemerintah yakni berupa muatan lokal bahasa asing dalam lingkup lembaga pendidikan maupun yang lainnya.

BACA JUGA: 5 Objek Kajian Filsafat Hukum Islam, Ini Penjelasan Lengkap Filsafat Hukum Islam serta Ruang Lingkupnya

BACA JUGA: Kesetaraan Manusia Sebagai Makhluk Multikultural dalam Pendidikan Islam

Tak lepas dari lembaga kependidikan, Universitas mempunyai andil yang cukup besar dalam pengembangan bahasa asing. 

Seperti halnya dengan adanya berbagai jurusan yang berkaitan dengan bahasa asing, baik itu berupa ilmu murni ataupun ilmu kependidikan tentang bahasa asing.

Dalam kaitannya disini kami akan mengkaji bahasa asing dalam lingkup bahasa dan sastra arab.

Sebelum menjuru terhadap sastra arab, kita cerna lebih dulu apa kaitannya bahasa dengan sastra sendiri?

BACA JUGA: Mutasi Buatan yang Menguntungkan Pada Pemuliaan Tanaman, Berikut Penjelasannya

BACA JUGA: Modernisasi, Ciri-ciri, dampaknya pada teknologi modernisasi

Seperti yang kita ketahui sastra merupakan suatu karya indah yang dapat diungkapkan melalui bahasa. 

Di sini kita sebagai mahasiswa bahasa dan sastra arab menyadari bahwa dalam mempelajari  bahasa dan sastra asing, yang dalam lingkup ini di khususkan pada bahasa arab kita perlu mengkaji sejarah perkembangan bahasa dan sastra arab itu sendiri.

Mengapa demikian??? Karna bahasa merupakan suatu corak atau kebudayaan dari suatu bangsa atau negara yang strukturnya atau jenisnya berubah dari zaman ke zaman.

Dan untuk itu kami menganggap sangat penting untuk mengetahui perkembangan tersebut dengan mengkaji sejarah perkembangan bahasa dan sastra arab dalam makalah ini.

BACA JUGA: Makalah Ijma' dan Qiyas dalam Islam

BACA JUGA: 7 Tokoh Filsafat Alam atau Pra-Socratic, serta Penjelasan Gnoti Seauton dan Maieutica-technic

BAB II, PEMBAHASAN

A.  Pengertian sejarah sastra arab

1. Sejarah

Peristiwa masa lampau yang murujuk pada sebuah perubahan besar yang memiliki pengaruh yang besar pula.

2. Sastra

Pertama : Sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak.

Kedua : Sastra dibatasi hanya pada “mahakarya”(great books), yaitu buku-buku yang di anggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya.

Ketiga : Sastra diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya imajinatif.

Keempat : Sastra adalah sebuah nama dengan alasan tertentu diberikan sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan.

3. Arab

Arab merupakan nama dari suatu bangsa atau negara, yang bahasanya merupakan cabang dari bahasa semit, yaitu bahasa arab purba yang terkenal dan mendiami jazirah arab sendiri.

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan pengertian dari “Sejarah Sastra Arab” yaitu suatu ilmu yang membahas tentang keadaan-keadaan bahasa arab serta puisi atau prosa indah yang diciptakan oleh anak-anak pengguna bahasa arab dalam berbagai masa.

Dan sebab-sebab kemajuan dan kemunduran dan kehancuran yang mengancam kedua produk sastra itu, serta mengalihkan perhatiannya terhadap para tokoh trkemuka dari kalangan para penulis dan ahli bahasa.

B. Pembabakan Sastra Arab
Terdapat lima pembabakan dalam sastra arab yaitu:

1. Periode Jahiliyyah

Masa ini terjadi pada 2 periode yakni masa sebelum abad ke-5, dan masa sesudah abad ke-5 sampai dengan Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah (1 H/622 M).

Periode jahiliyyah ini dimulai pada sekitar satu setengah abad sebelum kedatangan islam dan berakhir sampai datangnya islam.

2. Periode Islam

Perkembangan kesusastraan Arab  ini berlangsung sejak tahun 1 H/622 M hinggga 132 H/750 M, yang meliputi: masa Nabi Muhammad SAW dan Khalifah ar-Rasyidin (1-40 H/662-661 M) dan masa Bani Umayyah (41-132 H/661-750 M). 

Periode ini juga dapat disebut dengan periode permulan islam (shadrul Islam).

Dimulai sejak datangnya islam dan berakhir ketika runtuhnya bani Umayyah pada tahun 132 H.

3. Periode Abbasiyah

Terjadi pada tahun 132 H/750 M sampai 656 H/1258 M. pada masa ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Abbasiyah 1, dimulai sejak berdirinya Daulah Abbasiyah tahun 132 H dan berakhir sampai  berdirinya negara-negara bagian pada tahun 334 H.

Abbasiyah 2, dimulai sejak berdirinya Negara-negara bagian  dalam pemerintahan Abbasiyah dan berakhir dengan jatuhnya Baghdad di tangan bangsa Tartar atau Mongol pada tahun 656 H.

4. Periode Kemunduran Kesusastraan Arab

Pada tahun (656-1213 H/1258-1798 M), periode ini di mulai sejak Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan, pemimpin bangsa Mongol, pada tahun 1258 M, sampai Mesir dikuasai oleh Muhammad Ali Pasya (1220 H/1805 M).

5. Periode Kebangkitan Kembali Kesusastraan Arab (Modern)

Periode kebangkitan ini dimulai dari masa pemerintahan Ali Pasya (1220 H/1805 M) hingga masa sekarang.

Dimulai sejak terjadinya perkembangan modern sampai saat ini.

6. Perkembangan Sastra Arab Jahili sampai Modern

Perkembangan pada periode jahiliyah
Pada abad ini merupakan awal pembentukan dasar-dasar bahasa arab. 

Terdapat banyak kegiatan pada masa ini yang dapat berpengaruh pada perkembangan bahasa arab.

Seperti halnya kegiatan di suq Ukas, Zu al-Majaz dan Majannah, merupakan festival dan berbagai lomba bahasa Arab yang diadakan di Mekkah dan yang mengikutinya adalah berbagai kalangan masyarakat antara suku Quraiys dan suku-suku lainnya.

Bahasa arab yang kita kenal sehari-sehari merupakan pencapuran antara bahasa arab dari suku yang berbeda-beda.

Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

- Hijrahnya bani Khathan ke semenanjung arab, percampuran mereka dengan arab Baidah di Yaman lalu kemudian berpencar ke seluruh penjuru jazirah akibat pecahnya bendungan ma’rib.

- Hijrahnya Isma’il ke jazirah arab dengan percampuran keturunannya dengan Qahthan dengan adanya perkawinan, peperangan dan perdagangan.

7. Periode Bani Umayyah

Periode ini ditandai dengan intensifikasi percampuran oran-orang arab islam dengan penduduk asli pada masa pemerintahan pada bani umayyah. 

Orang arab merupakan kelompok orang yang mempunyai dorongan yang sangat besar untuk mengembangkan kebudayaan mereka dengan cara menjadikan bahasa arab sebagai bahasa negara. 

Oleh karena itu penduduk asli pada masa itu mencoba untuk mempelajari bahasa arab sebagai bahasa pergaulan atau bahasa komunikasi sehari-hari dan bahasa agama. 

Sejak sepertiga akhir abad pertama Hijriah bahasa Arab telah mencapai kedudukan tertinggi,dan terhormat dalam islam.

Periode umayyah merupakan periode gencar dengan sastranya. 

Pada masa ini terdapat banyak golongan yang bermunculan dalam islam diantaranya Syiah dan Khowarij dan lain-lain.

Keadaan seperti ini menyebabkan posisi syair justru sebagai penyambung lidah atau alat untuk komunikasi sesuai dengan misi dari tiap-tiap golongan islam tersebut.

Dan pada zaman bani Umayyah ini penyair diberi kebebasan untuk mengekspresikan karyanya.
Fasilitas yang diberikan kepada penyair pada masa ini sangat memadai demi untuk memperkuat politik mereka. 

Para khalifah pada masa itu sengaja memecah belah antara penyair dengan memberikan iming-iming tertentu antara yang satu dengan yang lainnya bagi mereka yang pro kontra terhadap pemerintahan.

Jenis sya’ir pada masa bani umayah :

- Puisi Politik (Syiir al-Siyasi)

Seiring dengan munculnya golongan atau partai politik, maka munculah para penyair yang mendukung golongan atau partai politik tersebut.

Sehingga melahirkan puisi yang bernuansa politik seperti: Kasidah al-Kumait yang mendukung ahlu bait, Al-Qithry ibn Al-Fajaah pendukung Khawarij dan Al-Akhthal pendukung bani umayah.

- Puisi Polemik (Syiir al-Naqoid)

Puisi Al-Naqoid yakni  jenis puisi yang menggabungkan antara kebanggaan (fakhr), pujian(madh) dan satire (haja’).

- Puisi cinta (Syiir al-Ghazal)

Merupakan puisi yang  berkembang menjadi seni bebas/independent yang mengkhususkan pada kasidah-kasidah.

Tujuan sya’ir pada masa bani umayah:

- Al-Hija’ (celaan atau ejekan) adalah sya’ir yang bertujuan untuk mencela penya’ir lainnya.

Sehingga pada saat itu sering terjadi perang sya’ir antara satu penya’ir dngan penya’ir yang lainnya. 

Salah satu contoh dibawah ini adalah sya’ir hija’ yang dilontarkan oleh al-Farazdaq kepada Jarir:

ولو ترمى بلؤم بنى كليب
لدنّس لؤمهم وضح النهار
ليطلب حاجة إلا بحار         نجوم الليل وما وضحت لسار
ولو يرمى بلؤمهم نهار
وما يغو عزيز بنى كليب
“Walaupun gemintang malam dilempar dengan kehinaan bani kulaib, tidaklah bintang itu menjadi gelap sementara kehinaan mereka tetap berlalu. 

Walaupun siang dilempar dengan kehinaan mereka, siang tetaplah terang sedang kehinaan mereka semakin terjadi. Dan tidaklah ketua bani Kulaib bepergian kecuali untuk meminta kebutuhannya pada tetangga.”

Al-Madah (pujian)
Para penyair arab dimasa bani Umayyah sering menggunakan syair Al-Madah sebagai alat untuk mendapatkan uang dari penguasa, sehingga memuji penguasa menjadi sebuah pekerjaan bagi seorang penyair. 

Akan tetapi tidak semua penyair memuji tujuannya hanya untuk  mendapatkan uang akan tetapi ada juga yang hanya sebatas membanggakan kelompoknya. 

Berikut adalah contoh sya’ir madah :

لله دار عصابة نادمتهم
يمشون فيالحلل المضاف سجها          يوما بجلق فى الزمان الأوّل
مشى الجمال إلى الجمال البزل
          
“Allah adalah rumah setiap golongan yang menemani mereka Selama satu hari di dzillaq (tempat dekat damaskus) pada permulaan zaman. 

Mereka berjalan-jalan disela-sela kebingungan yang memintal seperti unta yang memasuki umur unta bujjal (unta umur delapan tahun yang menginjak umur Sembilan/ unta dewasa)”       

- Al-Fakhru (membangga-banggakan)

Dalam syair fakhru, penyair arab sering membangga-banggakan dirinya atau kelompoknya  lewat syair-syairnya. 

Adapun yang mereka banggakan adalah seperti bangga dengan kekayaan, kedudukan dan istri yang cantik.

لنا حاضر فعم، وباد كأنّه
لنا الجننات الغرّ يلمعن بالضحى         شماريع رضوى عزّة وتكرّما
وأسيافنا يقطر من نجدة دمأ

“Kita adalah orang yang ada di fa’mun (puncak), dengan menikung bagai batang yang dijalari keagungan dan kemulyaan. 

Kita adalah pembela kebenaran tyang bersinar terang di waktu dluha (pagi menjelang siang).

Dan pedang-pedang kita siap mengucurkan darah

Periode Zaman Modern
Pada akhir abad XVIII pada saat bangsa Arab dibawah kepemerintahan Daulah Usmaniyah keaadaannya sangat lemah. 

Bangsa Eropa yang telah melihat keadaan ini akhirnya kembali mengulangi ekspansi ke timur tengah. 

Mereka datang tidak dengan menggunakan cara kekerasan, melainkan mereka datang dengan dalih untuk menyebarkan ilmu pengetahuan serta memperluas roda perdagangan.

Pemerintahan berikutnya yang jatuh kepada Muhammad ali yang diangkat oleh Sultan Usmani menjadi gubernur mesir.

Beliau berusaha untuk menerima kebudayaan barat dan hasil ilmu pengetahuan.

Ali tidak lagi mementingkan pemerintah dan pembangunan, dan semenjak itu perkembangan dibidang sastra berkurang lalu dua abad kemudian munculah lagi karya sastra arab yang baru, dan para penyair menyesuaikan diri dengan zaman modern, lalu mereka mulai melepaskan diri dari cirri klasik, namun keterikatannya masih ada.

 
Keistimewaan syair modern ini lebih mementingkan isi dari sampiran, dan bahasanya mudah serta sesuai dengan keadaan.

 
Kemudian munculah penulisan prosa berupa cerita pendek modern dalam bahasa arab.

 
Seperti halnya dengan novel dan drama, yang baru dimulai pada akhir abad lalu.

 
Dan pada abad ini bentuk puisi juga mengalami perubahan yang cukup besar. 

Dan banyak puisi-puisi arab modern yang sudah tidak terikat lagi pada gaya lama yang biasa dikenal ‘’ilm al-Arud”.
Meskipun demikian sebagai penyair
Meskipun sebagian penyair dewasa ini senang juga menciptakan puisi bebas, tetapi masih banyak juga yang bertahan dengan gaya lama kendati tidak lagi terikat pada persyaratan tertentu, seperti penyair Mahmud Ali Taha (w.1949).  

Puisi-puisinya sangat halus, romantis, tetapi sangat religius.

Beberapa pengamat menganggapnya banyak terpengaruh oleh romantisme Perancis abad ke-19, terutama Lamartine. 

Mungkin sudah terdapat jarak antara penyair ini dan penyair-penyair modern semi-klasik sebelumnya, seperti Ahmad Syauqi atau Hafidz Ibrahim (1872-1932) yang dipandang sebagai penyair-penyair besar.

Dalam sastra arab modern, mesir merupakan pembuka jalan meskipun para sastrawan itu banyak yang dari Libanon dan Suriah. 

Mereka pindah ke mesir untuk menyalurkan bakatnya.

Dan terlebih lagi di Mesir mempunyai Universitas yang terkenal yakni Universitas Al-Azhar Cairo yang dibangun pada masa Dinasti Fatimiyah.  

Beberapa Penyair pada masa itu umumnya berimigrasi ke Amerika Selatan. 

Perkembangan bahasa dan sastra pun mengalami perubahan dari gaya tradisional, kalimat yang panjang, dan berlebihan akibat pengaruh pleonasme dan penggunaan kosa kata klasik berganti dengan gaya yang sejalan dengan waktu, serba singkat.

Ciri khas perkembangan bahasa dalam sastra arab modern ini ialah menggunakan bahasa percakapan dalam dialog.

Sebagian kalangan cenderung ingin merubahhuruf arab sedemikian rupa supaya dapat dibaca dalam huruf latin, bahkan di Libanon ada sekelompok sastrawan yang mencoba mengganti huruf arab dengan huruf latin. 

Novel pun sekarang terbitdalam bahasa arab kini menggunakan huruf latin.

Faktor Penyebab Berkembangnya Sastra Arab
Kebangkitan Sastra di Mesir pada abad modern diawali dengan berkembangnya aliran sastra yang kemudian dikenal dengan aliran konservatif (Tayyaral Muhafidzin) yaitu aliran yang merekonstruksi ruang lingkup sastra dengan tetap merevivalisasi sastra klasik serta mengembangkan tema sastra sesuai dengan kondisi kekinian. 

Pelopor aliran ini adalah Mahmud Samial-Barudi(1838-1904).

Pembaharuan yang dilakukan Barudi bukan melakukan sweeping atau menyapu bersih kaidah-kaidah sastraklasik, seperti qowafi (rhyme) dan wazan(ritme).

Oleh karena itu aliran ini disebut muhafidziin karena mereka tetap menjaga parameter sastra yang diwariskan secara turun-temurun dari sastrawan-sastrawan klasik.

Namun demikian, pembaharuan Barudi hanya sebatas pembaharuan pada diksi tema yang dikaitkan dengan kondisi pada zamannya atau hasil dari interaksi langsung dengan sosial budaya masyarakat pada waktu itu.

Terlepas dari Barudi, kebangkitan sastra arab diawali dengan beberapa faktor.

Berikut ini kami akan sampaikan secara singkat faktor-faktor yang menyebabkan bangkitnya kembali kesusastraan arab:

Bersatunya antara kebudayaan barat dengan kebudayaan timur. 

Pada awal kurun yang lampau yang diusung pertama kali oleh Napoleon Bonaparte dan pengambilan kekuasaan dari tangan para komunis, dan lain dari pada itu negara bagian timur menjadi tempat bekerja bagi mereka, dan mereka menjadikan bahasa arab sebagai bahasa yang resmi untuk menyebar luaskan beberapa ajaran dan sastra.

Adapun beberapa pekerjaan mereka yang ada di Suriah tidak terlepas dari beberapa peninggalan yang ada di Mesir, maka dibangunlah beberapa sekolah dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang Syam Nasrani, maka keluarlah beberapa kelompok dari mereka yang mempunyai kelebihan berbahasa Arab dan kemudian mengembangkan keilmuwan dan kesusastraan arab.

Bertambahnya jumlah orientalis di Eropa bagian timur dan usaha mereka terus berlanjut hingga mendapatkan beberapa publikasi Arab dan dicetaklah beberapa buku berbahasa Arab, dan beberapa tulisan perserikatan Asuyah yang membahas tentang berbagai ilmu dan masalah-masalah ketimuran, sehingga bertambahlah tempat mutiara-mutiara ilmu dan sastra.

Dibangunnya sekolah yang bermacam-macam yang didirikan Muhammad Ali Basya dengan bantuan para pengajar dari Eropa dan beberapa ulama Mesir.

Dan dibangun pula -sekolah yang didirikan oleh Khudhowi Ismail, yang merupakan sekolah bahasa Arab yang sangat besar, sedangkan sekolah sastra yaitu sekolah Darul Ulum.

Maka tercetaklah dari sekolah-sekolah ini ratusan guru, hakim, dan para penulis kitab.

Adanya utusan kaderisasi ilmu pengetahuan, yaitu Muhammad Ali Basya dan Ismail Basya kepada sejumlah kerajaan yang ada di Eropa untuk menyampaikan bermacam-macam ilmu pengetahuan dan pengutusan tersebut berjalan selama 12 tahun.

Adanya propaganda dalam pembelajaran bahasa asing, sehingga sistem pengajaran pada saat itu dengan cara paksa seperti yang ada di Mesir dan Syam dan sekolah-sekolah negeri, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah pusat da’wah.

Dari sanalah banyak di nukil kalimat-kalimat yang berbahasa Perancis kedalam bahasa Arab.

Maka dengan adanya Atsar dari bahasa tersebut, beberapa hasil pemikiran orang-orang pada waktu itu dapat terbukukan dan menyebar luas hingga mereka mampu menerjemahkan ribuan kitab dan riwayat, makalah-makalah politik ilmiah kedalam bahasa Arab. 

Maka hal tersebut juga dimanfaatkan bagi orang yang tidak paham dengan bahasa asing sehingga menjadi tahu dengan jelas sastra yang yang mendalam.

Didirikannya percetakan berbahasa Arab di Mesir, Syam dan konstantinopel. kemudian dicetaklah beberapa mushaf-mushaf dan beberapa kitab ilmu sastra.

Dan diantara kitab-kitab yang terpenting yang tercetak untuk menghidupkan kembali bahasa Arab dan kesusastraanya, yaitu kitab-kitab yang berbentuk kamus seperti kamus istilah dan beberapa penjelasan, Lisanul Arab yang sifat khusus membahas tentang kalamul Arab, dan beberapa kitab sastra seperti: kitab Al-Aghani Wal Aqdul Farid karangan Al Hariri, Al-Badi’, Amalil Qali dan Shahi A’syaa.

Dan beberapa kitab-kitab syair yang sangat banyak jumlahnya. Adapun kitab-kitab sejarah seperti: karangan At-thabari dan Ibnul Atsir, kitab Muqoddimah karangan Ibnu Khaldun, dan beberapa kitab-kitab modern yang lainnya yang tersebar di Eropa.

Diterbitkannya surat kabar Arab yang ada di Mesir Syam dan Konstantinopel. Dan koran pertama di Arab yaitu Al-Waqoi’Al-Misriyah yang terbit pada tahun 1828. 

Awalnya sebagian teks berbahasa Turki, yang kemudian dirancang kembali oleh Syek Hasan Al-Ithari dan Syek Syihabuddin, sehingga kemudian terpisah antara yang berbahasa Arab dan Berbahasa Turki dan kemudian pada akhirnya hanya berbahasa Arab saja kemudian dicetak dengan tulisan Arab Nashi dan Arab Farisi dan terbit selama tiga kali dalam satu minggu hingga sekarang.

Sedangkan koran yang berbahasa Arab pertama kali terbit di Suriah yaitu Hadiqatul Akbar yang terbit pada tahun 1808, sedangkan di Konstantinopel pada tahun 1860, yang mana redakturnya adalah Ahmad Faris. 

Kemudian terbit juga setelah itu koran Suriah resmi pada tahun 1865. Adapun koran yang pertama kali terbit di Mesir setelah Al-Waqai’adalah Wadi Annaily (koran lama) dan terbit pula koran-koran yang lain seperti Al-Iskandariyah, Azzaman, Al-Ibtidal, Al-Fallak Wal Ahram, Al-Muqtim, Wal Muayyad, Wal-Lukluk, Wal-Ilmu, Wal Jaridah dan Syuad.

- Adanya kelompok-kelompok ilmuwan dan sastrawan, dan yang paling terkenal pada saat itu Syek Jamaluddin Al-Afghari.

- Adanya kreasi seni berbahasa Arab, pertama kemunculannya di Syam kemudian menyebar ke Mesir, yang bertujuan untuk memberantas budaya buta seni, dan kelemahan dalam berbahasa Arab yang pasih dan lancar.

- Adanya peraturan baru di Al-Azhar dan sekolah-sekolah dasar, yang memasukkan materi-materi baru dari berbagai macam ilmu, atas ide Syekh Muhammad Abduh.

11/11/19

no image

MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA


MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA

Hasil gambar untuk ISLAM DAN BUDAYA

BAB II PEMBAHASAN

A.    pengertian islam dan budaya
a)      Islam    
Islam adalah agama yang bersifat universal, risalahnya diturunkan kepada seluruh umat manusia tanpa memandang suku, ras, dan seabagainya. Ia dapat diterima dimanapun dan kapanpun (Islam sholih likulli zaman wa makan). Hal itu terbukti dengan sikap moderatnya terhadap berbagai budaya lokal yang berkembang, bahkan kadang mengakomodasi dari budaya lokal itu sendiri. Disamping itu banyaknya ikhtilaf dari ulama dalam memahami ajaran agama islam benar-benar menjadi sebuah rahmat sehingga islam dapat selalu sesuai dengan pelbagai situasi dan kondisi. Senada dengan fiman Allah :
تَبَارَكَ الَّذِي نزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِه لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا                                                                    
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).”
Meskipun Indonesia merupakan negara dengan penganut islam terbesar, tapi berbeda dengan negara islam lainya, Indonesia termasuk yang paling sedikit ter-arabisasi-kan. Dapat tercermin dari proses masuknya islam ke Indonesia, ia tidak menghilangkan semua budaya lokal yang lebih dulu ada dalam tatanan masyarakat, dan disamping itu islam tidak datang dengan menggunakan militer dan kekerasan, tapi dengan jalan yang damai lewat perdagangan, perkawinan, dan kesenian.
b)      Budaya
Menurut Suparlan (1986: 107) kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model pengetahuan, yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat  adalah budaya. Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, etos kerja dan pandangan hidup.
 Kebudayaan mempunyai beberapa unsur :
1. Kesenian
2.    Sistem teknologi dan peralatan
3.    Sistem organisasi masyarakat
4.    Bahasa
5.    Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6.    Sistem pengetahuan
7.    Sistem religi

B. Akulturasi Agama dan Budaya Lokal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu.
Dari pengertian akulturasi ini, maka dalam konteks masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia) dan dalam perkembangan selanjutnya telah terjadi interaksi budaya yang saling memengaruhi. Namun dalam proses interaksi itu, pada dasarnya kebudayaan setempat yang tradisional masih tetap kuat, sehingga terdapat perpaduan budaya asli (lokal) Indonesia dengan budaya Islam. Perpaduan inilah yang kemudian disebut akulturasi kebudayaan.
Sebelum Islam datang ke Indonesia, di Nusantara (Indonesia) telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hinduisme dan Budhisme, seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Akan tetapi setelah proses Islamisasi dimulai sejak abad ke XIII, unsur agama Islam sangat memegang peranan penting dalam membangun jaringan komunikasi antara kerajaan-kerajaan pesisir dengan kerajaan-kerajaan pedalaman yang masih bercorak Hindu-Budha.
Oleh karena itu, dalam menyikapi akulturasi budaya, analisis yang digunakan berdasarkan perspektif sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Karena dalam proses Islamisasi di Indonesia tidak berjalan satu arah, tetapi banyak arah atau melalui berbagai macam pintu. Pintu-pintu itu, misalnya melalui kesenian, pewayangan,  perkawinan, pendidikan, perdagangan, aliran kebatinan, mistisisme dan tasawuf. Ini semua menyebabkan terjadinya kontak budaya, yang sulit dihindari unsur-unsur budaya lokal masuk dalam proses Islamisasi di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia harus menghadapi kebudayaan lokal yang sudah ada  seperti kebudayaan Hindu-Budha. Untuk itu, dakwah Islam di Indonesia mengakulturasikan dengan kebudayaan lokal setempat. Misalnya saja dakwah yang dibawa oleh salah satu wali songo, Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menggunakan media wayang sebagai alat untuk berdakwah. Selain inu ada konsep “Meru” dalam pembuatan Masjid Demak, Konsep Meru (atap Tumpang) pada atap Masjid Demak menandakan kebudayaan Islam telah berakulturasi dengan lokal (Hindu-Budha) dari segi arsitektur. Akulturasi ini menandakan merupakan agama yang toleran terhadap agama lain.
Peranan Islam dalam pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar. Hal ini terlihat didirikannya pondok-pondok pesantren yang berguna untuk menimba ilmu agama Islam. Pendirian pesantren-pesantren ini, membuka peluang para pemuda Indonesia untuk mempelajari Islam dan Al-Quran. Al-Quran yang dipelajari bukan hanya memuat bagaimana tata cara beribadah saja, dari segi ilmu pengetahuan juga ada di Al-Quran, sehingga dengan masuknya Islam di Indonesia membuka cakrawala ilmu pengetahuan yang lebih luas dari sebelum masuknya agama Islam.
Islam mengajarkan sistem baru dalam bidang perekonomian. Sebelum datangnya Islam perekonomian di Indonesia menggunakan sistem barter, kemudian berpindah ke sistem perdagangan. Dari sistem perdagangan ini dikenalkan uang sebagai alat untuk pembayaran. Mengapa sistem perdagangan? Sistem perdagangan ini dianjurkan dan menjadi Sunah bagi umat muslim, karena diajarkan dan dipraktekkan  oleh Rasullah SAW.
Segi religi dalam islam juga menawarkan proses pengkuburan yang berbeda dari kebudayaan Hindu-Budha. Pada masa Hindu Budha, sistem kuburan dilakukan dengan cara membakar (kremasi) jenasah. Di Islam hal tersebut tidak ada. Islam mengajarkan manusia yang berasal dari tanah harus kembali ke tanah. Jadi manusia yang sudah mati harus di kubur dalam tanah. Konsep ini berbeda dari konsep sebelum masuknya Islam.
Jadi, dengan demikian proses masuknya agama Islam memengaruhi semua aspek kehidupan tanpa terkecuali, termasuk sistem kebudayaan. Adanya akulturasi budaya Islam di Indonesia menandakan Islam masuk ke Indonesia bersifat toleran terhadap agama lain, Islam yang masuk ke Indonesia dilakukan secara damai tak ada paksaan untuk masuk ke dalam Islam.
 Hal ini yang membuat banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam.
Sebagai muslim, harus punya sikap kritis dalam melihat konteks akulturasi Islam dan budaya lokal dalam menelaah sejarah Islam di Indonesia. Islam itu bukanlah suatu sistem yang hanya membicarakan ke-Tuhanan saja, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah mengandung ajaran peradaban (tamaddun) yang lengkap.
Dari situ perlu kiranya ditempuh langkah-langkah untuk menciptakan keselarasan antara budaya dan islam. Pertama sudah sewajibnya setiap Muslim memahami hakikat islam dengan seksama. Kedua setiap orang juga seharusnya memahami hakikat kebudayaan dengan pelbagai cabang dan rantingnya. Ketiga setiap Muslim dalam menggali sistem nilai-nilai dasar dan norma-norma asasi islam (al-Quran dan as-Sunnah) yang berkaitan dengan pelbagai kehidupan manusia, hendaknya menggunakan pendekatan yang multi dimensional.
Cara tersebut akan menghantarkan pemahaman yang proporsional umat islam terhadap agama, yaitu :
a)    Memelihara unsur nilai dan norma kebudayaan yang sudah ada yang bersifat positif
b)   Menghilangkan nilai dan norma yang walaupun sudah ada, tetapi bersifat negatif
c)    Bersikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transmitifterhadap kebudayaan pada umumnya.
d)   Menyelenggarakan pengislaman terhadap kebudayaan-kebudayaan tersebut yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma islam.




C.Bentuk-bentuk perpaduan islam dan budaya lokal
A.    Dalam Bidang Sastra Jawa
Setelah islam masuk ke indonesia, secara otomatis nilai-nilai islam dihadapkan pada kondisi masyarakat lokal indonesia terutama jawa yang  memiliki berbagai kebudayaan dengan corak yang berbeda-beda. Dalam bidang ini, islam memiliki ketekaitan dengan karya sastra jawa dalam artian imperatif moral atau dengan kata lain bahwa karya sastra jawa dalam perkembangannya mengalami perpaduan dengan nilai-nilai keislaman sehingga karya-karya sastra yang lahir baik itu dalam bentuk puisi maupun yang lainnya telah diwarnai oleh nilai-nilai islam. 
Secara historis, karya-karya sastra jawa yang lahir dari para pujangga sebelum islam masuk ke indonesia di dominasi oleh aspek-aspek yang bercorak mistis.
 Namun setelah masuknya pengaruh budaya islam, karya-karya sastra yang kemudian lahih dari para pujangga jawa telah di bumbui dengan ajaran-ajaran islam yang tersurat dalam bait-bait sajak, puisi dan bentuk-bentuk karya sastra lainnya.
Dalam karya sastra ciptaan para pujangga kraton  pada masa perkembanganya, warna islam lebih terlihat dibanding unsur mistisnya. Nilai-nilai subtansi islam sudah sangat mewarnai karya-karya sastra yang diciptakan. Misalnya karya sastra yang menggunakan puisi jawa baru dan lain sebagainya lebih memiliki unsur-unsur kebajikan dan unsur ketauhidan sebagaimana yang diajarkan oleh islam. Contoh lain misalnya adalah mucopat yang pada saat ini sangant kental dengan nilai-nilai keislaman.
B.     Dalam bidang pewayangan
Interelasi nilai jawa dan islam dalam pewayangan merupakan salah satu bagian yang khas dari proses perkembangan budaya jawa. Wayang merupakan suatu produk budaya yang didalamnya terkandung seni estetis. Bahkan wayang selain berfungsi sebagai tontonan ia juga berfungsi sebagai tuntunan kehidupan karena di dalamnya ada nilai-nilai moral
Wayang dan budaya jawa ibarat sisi-sisi keping mata uang logam yang tak terpisahkan, maka untuk memahami budaya jawa tan keno ora (tidak boleh tidak) harus memahami wayang. Wayang mengandung makna lebih jauh dan mendalam karena mengungkapkan gambaran hidup semesta dengan segala masalahnya. Selain itu tersimpan pula nilai-nilai pandangan hidup jawa dalam menghadapi segala tantangan dan kesulitan hidup.
Wayang yang awal mulanya merupakan teradisi masyarakat lokal yang kemudian dimasukkan unsur nilai keislaman dan alur cerita yang  dirubah  dari sumber aslinya adalah manifestasi dari masuknya budaya islam yang kemudian menjadi salah satu sarana dakwah yang dilakukan oleh para wali songo terutama sunan kalijaga.
Wayang sebagai titik temu nilai budaya jawa dan islam adalah sautu momentum yang sangat berharga. Telah banyak literatur yang membahas bagaimana konsep pewayangan sebelum islam masuk keindonesia dan setelah islam masuk ke indonesia. Namun dalam hal ini sekedar mengedepankan fakta bahwa telah terjadi semacam akulturasi budaya pada praktek pewayangan.
C.     Dalam Bidang Arsitektur
Di samping penciptaan ritus-ritus keagamaan, akulturasi Islam juga dibuat dalam bentuk simbol-simbol kebudayaan. Contoh dari simbol ini adalah bentuk arsitektur bangunan masjidmasih berbentuk pure atau candi, kemudian penamaan pintu gerbang dengan istilah ‘gapura’ nama yang diambil dari bahasa Arab ghofura yang berarti pengampunan.
Masjid Demak adalah contoh konkrit dari upaya rekonsiliasi atau akomodasi itu. Ranggon atau atap yang berlapis pada masa tersebut diambil dari konsep 'Meru' dari masa pra Islam (Hindu-Budha) yang terdiri dari sembilan susun. Hal ini berbeda dengan Kristen yang membuat gereja dengan arsitektur asing, arsitektur Barat.
Namun demikian, perpaduan islam dan budaya lokal dalam bidang seni tidak hanya dalam bentuk masjid atau makam, namun juga dalam ruang lingkup yang besar, misalnya bentuk kraton, tamansari maupun arsitektur wilayah yang mencerminkan unsur-unsur budaya lokal dan unsur-unsur keislaman.
D.    Dalam Bidang Shalawat
Bentuk-bentuk akulturasi dalam bidang ini dapat juga dikategorikan sebagai suatu dampak dari kentalnya nilai-nilai islam yang mempengaruhi budaya lokal namun nuansa kedua unsur tersebut baik itu islam maupun budaya lokal masih tetap terasa. Contoh misalnya beberapa shalawatan yang ada di jogjakarta, antara lain:
a)Sholawat Rodat
Kesenian ini salah satunya ditemukan di daerah “kota santri” yaitu daerah Jejeran, Wonokromo, Bantul. Kelompok kesenian Sholawat Rodat ini menamakan dirinya Kelompok “Lintang Songo”. Kesenian Rodat merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan ummat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan ummat Islam. Kesenian ini menggunakan syair atau syiiran berbahasa arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang masykur di kalangan ummat Islam. Isi dari sholawat rodat adalah bacaan sholawat yang merupakan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.
Sesuatu yang khas dari kesenian ini ialah tarian yang mengiringi syair (yang dilagukan) dan musik rebana yang dinyanyikan secara bersama-sama (berjamaah). Tarian inilah yang disebut dengan “rodat”. Tarian ini ditarikan dengan leyek (menari sambil duduk).
b) Sholawat Maulud
Salah satu kelompok sholawat maulud yang masih eksis adalah kelompok kesenian sholawat maulud “puji rahayu” yang berada di daerah Kasihan, Bantul, DIY. Shalawat maulud sebenarnya merupakan tradisi pembacaan shalawat pada saat peringatan maulid Nabi Muhammad. Dalam perkembangannya, tradisi ini menjadi kesenian pembacaan shalawat yang dibacakan pada acara-acara khitanan, aqiqah (kelahiran bayi), maupun acara-acara rutin yang diselenggarakan masyarakat.
Kesenian ini memiliki 2 fungsi bagi masyarakat, yaitu ekspresi keberagamaan dan kesenian. Dalam pertunjukannya, prosesi diawali dengan bacaan sholawat yang diiring terbang, gong, kendang dan gamelan jawa. Perpaduan alat musik tersebut menghasilkan bunyi yang indah yang mengiringi bacaan sholawat yang bersumber dari kitab Al-Barzanji. Sesekali diiringi oleh bacaan “Rowi” (narasi) dalam bahasa Arab. Dalam perkembangannya sudah dicampur dengan lagu-lagu bahasa jawa dan bersumber dari hal-hal yang baru terjadi (missal: mereka menciptakan lagu terkait dengan bencana gempa bumi yang baru melanda Jogja dan sekitarnya).
c)      Sholawat Jawi
Shalawat Jawi di temukan di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga sudah menyebar di sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk penegasan jawanisasi kesenian Islam. Kesenian yang berkembang seiring dengan tradisi peringtaan Maulid Nabi ini mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat kepada Nabi Muhammad dengan medium bahasa Jawa, bahkan juga dengan melodi-melodi Jawa (langgam sinom, dandang-gula, pangkur dan lain-lain).
Kesenian ini merupakan ekspresi keberagamaan sekaligus ekspresi kesenian bagi pelakunya. Mereka mendapatkan manfaat keberagamaan yang mententramkan hati (sebagai kubutuhan spiritualitas) sekaligus kebutuhan akan keindahan (seni) juga terpenuhi. Kesenian tradisi islam ini di dominasi oleh para oang tua ( rata-rata di atas 50 tahun) dan regenerasi sepertinya tidak. Kalangan mudah lebih senang kesenian yang lebih modern (model dan alatnya). Jadi tidak heran kesenian ini mulai jarang ditemui, karena kelompok-kelompok kesenian ini semakin sedikit.
D. Dalam Bidang Instrument (Alat Musik)
Instrumen-instrumen yang pada saat ini digunakan oleh umat islam yang ada di jawa pada khususnya juga telah depengaruhi oleh nilai-nilai keislaman dimana pada zaman dahulu peralatan-peralatan seperti gamelan, gong, gambus, rebana dan lain sebagainya digunakan pada ritual-ritual mistis yang pada ajaran islam di anggap sebagai suatu penyimpangan. Namun pada saat setelah unsur nilai islam masuk kedalam budaya lokal masyarakat indonesia, alat-alat tersebut digunakan untuk kepentingan dakwah dan dimaknai sebagai simbol-simbol keagamaan seperti gamelan, gong, gambus, rebana dan lain sebagainya.
E. Dalam Bidang Seni Lukis
Dalam bidang ini kita dapat melihat peninggalan-peninggalan sejarah seperti candi Borobudur, Prambanan dls. Dimana pada dinding-dindingnya dipenuhi lukisan-lukisan atau ukiran-ukiran yang menunjukkan budaya jawa terdahulu sebelum masuknya islam.
Berbeda ketika melihat bangunan-bangunan masjid yang megah dan dipenuhi dengan lukisan atau ukiran kaligrafi yang indah.


BAB III PENUTUP

  A  Kesimpulan

a)Islam adalah agama yang bersifat universal, risalahnya diturunkan kepada seluruh umat manusia tanpa memandang suku, ras, dan seabagainya. Ia dapat diterima dimanapun dan kapanpun (Islam sholih likulli zaman wa makan)
b) Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model pengetahuan, yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan unsur kebudayaan : Kesenian, Sistem teknologi dan peralatan, Sistem organisasi masyarakat, Bahasa, Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi, Sistem pengetahuan, Sistem religi.
c) Untuk menciptakan keselarasan antara budaya dan islam. Pertama sudah sewajibnya setiap Muslim memahami hakikat islam dengan seksama. Kedua setiap orang juga seharusnya memahami hakikat kebudayaan dengan pelbagai cabang dan rantingnya. Ketiga setiap Muslim dalam menggali sistem nilai-nilai dasar dan norma-norma asasi islam (al-Quran dan as-Sunnah) yang berkaitan dengan pelbagai kehidupan manusia, hendaknya menggunakan pendekatan yang multi dimensional.
d) Agama dan budaya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan, sehingga kita harus mensikapinya dengan proporsional, yaitu : Memelihara unsur nilai dan norma kebudayaan yang sudah ada yang bersifat positif, Menghilangkan nilai dan norma yang walaupun sudah ada, tetapi bersifat negatif, Bersikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transmitifterhadap kebudayaan pada umumnya. Menyelenggarakan pengislaman terhadap kebudayaan-kebudayaan tersebut yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma islamn.




DAFTAR PUSTAKA

Amin, Darori, Dr. H. M. MA. 2002. Islam dan kebudayaan jawa. Yogyakarta : Gramedia

Syamsul Arifin dkk., 1996. Spiritualisasi Islam dan Peradaban Masa Depan. Yogyakarta : SIPRESS

Koentjaraningrat. 1999.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Cet. Ke-17. Jakarta: Djambatan

Millah,  vol. Viii, no. 2, februari 2009.  Jurnal Studi Agama

Dr. Purwadi Dkk. 2005. Mistik Kejawen Pujangga Ronggowarsito. Yogyakrta : Media Abadi

Damami, Muhammad. 2003. Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: LESFI.

Geertz, Clifford. 1988. Santri dan Abangan di Jawa. Jakarta: INIS.
.


27/12/19

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Dongeng

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Dongeng


Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

Melalui Dongeng


Hasil gambar untuk Dongeng anak

          Pendidikan anak usia  dini merupakan masa emas pada perkembagan anak. Pada masa ini terjadi perkembangan anak yang luar biasa, seperti berbahasa, berbicara, bercerita dan berdongeng. Berbicara merupakan alat komunikasi yang sangat penting dan mempunyai peran dalam perkembaganintelektual, sosial dan emosional pada anak. Pada masa kanak-kanak, anak akan berubah secara bertahap dan mulai melakukan komunikasih dengan suara  misalnya tertawa danmenangis, lalu berkomunikasi dengan gerakan misalnya  menganggukan kepala dan menggelengkan kepala, kemampuan berbicara adalah kemampuan anak untuk  untuk berkomunikasi. Secara lisan dengan orang  lain.[1]
          Kemampuan berbicara ini akan memberikan gambaran tentang kesanggupan anak dalam  menyusun bebagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan yang berstruktur pada anak. Berdongeng merupakan kegiatan yang  sangat bermanfaat bagi perkembangan berbicara pada anak, karena dengan berdongeng dapat mengasah daya pikir, imajinasi pada anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi,  membangun karakter anak, dapat menghangatkan hubunganorang  tua dan anak dan dapat  mendekatkan hubungan guru dan peserta  didiknya.[2]
          Tidak semua anak menyukai  dongeng karena dongeng kurang menarik, sifat anak yang tergolong lebih suka suasana melihat gambar bergerak dan gawai,  anak yang kurang gemar membaca dan mendengarkan dongeng,  masih banyak anak yang belum lancar berbicara dan anak yang  susah berinteraksi kepada teman-temannya.[3]
            Dengan berjalannya  waktu dan perkembangan teknologi  berdongeng mulai tidakdi sukai lagi oleh anak-bagi orang tua yang tidak memperhatikan pertumbuhan tumbuh kembang anak, sehingga anak lambat berbicara, tidak percaya diri dan susah berinteraksi dengan teman-temannya. Berdongeng sebenarnya bukansarana untuk menidurkan anak, melaikan untuk meningkatkan kedekatan hubungan orang tua dan anak, guru dan peserta didik, namun dunia anak merupakan dunia  yang aktif, pasti tidak akan mudah  membuat anak duduk tenang  dan fokus pada dongeng yang akan disampaikan. Akantetapi jangan biarkan hal  ini membuat orang tua dan guru
menyerah. Menurut pendongeng sekaligus pendiri kampong dongeng “AwanPrakoso” ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar dongeng bisa menjadi kegiatan yang menarik dan mengasikkan bagi anak yaitu:[4]
1.      Posisi perlu di perhatikan.
      Jika anaksedang bermain,sebaiknya jangandulu di gangu karena bermainbagi anak-anak itu adalah keseriusan yang luar biasa. adi pililah posisi mendongeng yang pas sepeti sebelum tidur, atau menjelang makan, biasanya menemani anak agar mau di suapi.
2.      Upaya vokal danekspresi lucu dengancara membiasakan suara  yang lucu yang di sukai anak-anak. Seperti minsalnya menirukan suara binatang dandi kombinasi dengan bantuan gerakan tangan sehingga  anak  tidak merasa  bosan dengan dongeng yang sedang kita ceritakan.          
3.      Siapkan alat peraga agar anak-anak melihat  ekspresi dan gambaran cerita dengan nyata.
Awalilah sebelum berdongeng untukmengasah pikiran anak terlebih dahulu supaya  anak mengasah otaknya untuk berpikir dan berimajinasi. minsalnya  main tebak-tebakkan lagu dll.
4.      Tenang
Usahakan kondisi denganlagi keadaan santai.
5.      Melibatkan anak dalam  satu tempat dua adegan teknik ini sangat di anjurkan agar anak tidak merasa   bosan dengan suasana sehingga anak ikut dalam bercerita dan bisa meningkatkan kemampuan berbicaranya.
6.      Bijaksana dalam menyampaikan dongeng.
Menyampaikan dongeng tidak sama  dengan menyampaikan cerita umum, ada anak yang perlu penenang lebih lanjut minsalnya anak yang  pendiam, yang tidak suka berinteaksi dengan teman-temannya. Jadi banyak sekali manfaat berdongeng, bukanhanya mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak saja  akan tetapi juga bisa meningkatkatkan berbahasa pada anak.
      Menurut Lilian Hole Well dalam A Book For Children Literature mencatat manfaat mendongeng paling sedikitnya enam manfaat:
1.       Membantu anak dalam mengembangkan daya imajinasi dan pengalaman emosional.
2.       Memuaskan kebutuhan ekspresi diri anak melalui proses identifikasi
3.       Memberikan pendidikan moral tanpa menggurui anak
4.       Memperluas cakrawala mental anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk meresapi keindahan dari alur cerita yang didengarnya
5.       Menumbuhkan rasa humor dalam diri anak f. Memberikan persiapan apresiasi sastra dalam kehidupan anak setelah anak tumbuh dewasa.
  
   Peran seorang pendidik yang profisional dan keriatif merupakan pendidik yang memiliki wawasan dan pengetahuan sehingga mampu menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan metode-metode yang dapat menggerakan anak untuk mengeksperisikan perasaan agar terjadi pembiasaan tingka laku ynag baik secara terus menerus dan tingka laku yang hanya dapat terjadi dalam suasana saling percaya. Dan juga guru mempunyai peran dapat mewujudkan aspek-aspek perkembangan anak terutama perkembangan sosial emosional yaitu mengembangkan pengembangan empati anak degan cara menjadi model dan contoh teladan dalam bersikap dan beperilaku agar anak dapat meniru perilaku baik dan berkembang empati anak. (Conny 2008:60).
  
   Hasil belajar adalah suatu perubahan individu yang belajar tidak hanya mengetahui pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan diri pribadi individu yang belajar. Kemampuan empati adalah kemampuan untuk mengetahuai perasana orang lain. Empati merupakan akar kepedulian dan kasih sayang dalam setiap hubungan emosional anak dalam upayanya untuk menyesuaikan emosionalnya dengan emosional orang lain. Empati merupakan kunci untuk memahami perasaan orang lain sehingga anak mampu menunjukan sikap toleransinya dan dapat memberikan kasih sayang, memahami kebutuhan temanya, serta mau menolong teman yang sedang mengalami kesulitan. Anak yang belajar berempati akan memiliki kepedulian dan mampu mengendalikan emosinya dengan mampu memberi dan menerima maaf serta anak mau bermain bersama dan saling berbagi dengan temanya. Menurut Golemen (1997:136).

          Di tengah banyaknya kasus kekerasan, dongeng dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa cinta kasih, empati dan simpati pada sesama. Konstruksi cerita yang diinternalisasikan pada diri anak tentunya diorientasikan agar perkembangan jiwanya diwarnai oleh nuansa kedamaian dan toleransi namun tetap diwarnai kesadaran kritis. Lewat media dongeng hal itu dapat dilakukan, karena media ini memberi peluang untuk terjadinya dialog empati tanpa dominasi. Sehingga memungkinkan tersemaikannya kesadaran kritis pada mereka. Muaranya adalah akan menyebabkan jiwa anak terkonstruksi pada hal yang bersifat manusiawi.
          Selain metode dongeng, empati pada anak dapat dikembangkan melalui metode bermain peran. Metode bermain peran adalah suatu proses pembelajaran artinya anak dapat berperan langsung dengan apa yang telah dilihatnya serta dengan melaksanakan metode bermain peran anak dapat menyelami perasaan orang lain tanpa anak ikut larut di dalamnya. Sebagaimana di kemukakan Rachmawati (2007), bermain peran yaitu permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak yang akan mengembangkan imajinasi dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
               Kusumo Priyono dalam bukunya Terampil Mendongeng (2003) mengemukakan pengertian mendongeng yang terbagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
1.      Dongeng yang berhubungan dengan legenda, yaitu tentang kepercayaan masyarakat terkait asal mula terjadinya sesuatu. Misalnya Gunung Tangkuban perahu, dll.
2.      Fabel, yaitu dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang yang digambar-kan dan bersifat seperti manusia. Cocok untuk menyindir, penanaman nilai, dan pembelajaran. Misalnya kancil, dll.
3.      Mite, yaitu dongeng tentang kepercayaan spiritual. Misalnya tentang dewa-dewa, dll. d. Dongeng pelipur lara yang berfungsi sebagai selingan saat istirahat.
4.      Cerita-cerita rakyat

          Jenis dongeng yang paling cocok disampaikan bagi anak usia dini, di antaranya sebagai berikut :[5]
1.      Dongeng Tradisional, merupakan dongeng yang berkaitan dengan dongeng rakyat dan biasanya turun termurun. Misalnya, Dongeng Legenda Banyuwangi dan Malin Kundang.
2.      Dongeng Futuristik (Modern) disebut juga dongeng fantasi. Dongeng ini biasanya berdongeng tentang sesuatu yang fantastik, misal tokohnya tiba-tiba menghilang. Misalnya, Dongeng Doraemon dan Superman yang bisa terbang.
3.      Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan bagi dunia anak-anak, misalnya Dongeng Monster Kuman Gigi agar anak rajin menggosok gigi.
4.      Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan bisa berbicara seperti manusia, misalnya Dongeng Burung Merak yang Sombong dan Singa Berguru pada Kucing
5.      Dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng ini banyak yang bertemakan kepahlawanan. Misalnya, Dongeng masa kecil RA. Kartini.
6.      Dongeng terapi adalah dongeng yang diperuntukkan bagi anak-anak korban bencana atau anak-anak yang sakit. Misalnya, Dongeng Abu Nawas yang cerdik dan Jenaka.
          Menurut Moeslichatoen (2004), terdapat beberapa macam teknik mendongeng yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut.
1.      Membaca langsung dari buku dongeng Teknik mendongeng dengan membacakan langsung sangat efektif apabila pendidik memiliki buku dongeng yang menarik dan cocok untuk dibacakan kepada anak. Indikator bahwa dongeng yang disajikan pendidik dapat dipahami serta sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak usia dini, antara lain pesanpesan yang disampaikan dapat ditangkap anak, anak dapat memahami perbuatan itu salah dan benar, serta kejadian yang didongengkan mengisahkan sesuatu lucu atau kejadian yang menarik.
2.      Mendongeng menggunakan ilustrasi gambar dari buku Teknik mendongeng ini akan efektif apabila dongeng yang disampaikan pada anak disuguhkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak. Menceritakan dongeng tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan apabila anak mendengarkan dongeng dari buku dongeng bergambar. Penggunaan ilustrasi gambar dalam berdongeng dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan serta mengikat perhatian anak pada jalan atau alur cerita yang didongengkan.
3.      Menceritakan dongeng secara langsung Menceritakan dongeng secara langsung merupakan salah cara tradisi penuturan suatu kisah lama dari mulut ke mulut dan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4.      Mendongeng dengan menggunakan papan flanel Pendidik dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu. Gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam dongeng digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapisi dengan kertas gosok yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya dapat melekat.
5.      Mendongeng dengan menggunakan media boneka Pemilihan mendongeng dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, nenek, kakek, dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu.
6.      Dramatisasi suatu dongeng Pendidik dalam mendongeng memainkan perwatakan tokoh- tokoh dalam suatu dongeng yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal (Gordon dan Browne, 1985:325). Dongeng anak-anak yang disukai adalah Timun Emas dan Si Kancil Mencuri Ketimun.
7.      Mendongeng sambil memainkan jari-jari tangan Pendidik dapat menceritakan perilaku tokohtokoh dalam dongeng dengan memainkan jari-jari tangan yang didesain sedemikian rupa agar memikat perhatian anak. Namun, tentu saja teknik ini membutuhkan keterampilan pendidik dalam memainkan jari-jari tangan dan mengolah berbagai macam suara (intonasi, warna dan volume).


DAFTAR PUSTAKA

Https://  Sains Kompas.com /read/2012/05/15/14553591/   agardongeng lebih memikat si kecil.

Https://  Sains Kompas.com /read/2012/05/15/14553591/   agar dongeng lebih memikat si kecil.

Gustimarni. Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui bermain peran usia 5-6 tahun di TK Permataku merangin kabupaten kampar. Jurnal EDUCHILD Vol. 5 No. 1 Tahun 2016


Nurmawahda Nila, Skripsi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Tarbiyah UIN Jakarta. “Implementasi Metode Mendongeng Kak Awam Prakoso Dalam Menyampaikan Pesan Moral Pada Anak Usia Dini”. Jakarta 2019

Kusmaidi Ade, dkk. Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF Vol. 3 No. 2, 2008




                [1] Diakses di : Https://  Sains Kompas.com /read/2012/05/15/14553591/   agardongeng lebih memikat si kecil. Pada 26 Desember 2019
                [2] Gustimarni. Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui bermain peran usia 5-6 tahun di TK Permataku merangin kabupaten kampar. Jurnal EDUCHILD Vol. 5 No. 1 Tahun 2016
                [4] Nila Nurmawahda, Skripsi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Tarbiyah UIN Jakarta. “Implementasi Metode Mendongeng Kak Awam Prakoso Dalam Menyampaikan Pesan Moral Pada Anak Usia Dini”. Jakarta 2019
                [5] Ade Kusmaidi, dkk. Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF Vol. 3 No. 2, 2008