--> Fragmen Ilmiah : Hasil penelusuran untuk Bahasa | Deskripsi Singkat Blog di Sini

Himpunan Makalah, Skripsi, dan Jurnal

Total Tayangan Halaman

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Bahasa. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Bahasa. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

10/12/18

Sejarah Sastra Arab Sejak dari Zaman Jahiliyyah hingga Zaman Bani Umayyah, Serta Tokoh-tokohnya

Sejarah Sastra Arab Sejak dari Zaman Jahiliyyah hingga Zaman Bani Umayyah, Serta Tokoh-tokohnya

Sejarah Sastra Arab

SASTRA ARAB: Dalam kaitannya disini kami akan mengkaji bahasa asing dalam lingkup bahasa dan sastra arab.


Sejarah Sastra Arab Sejak dari Zaman Jahiliyyah hingga Zaman Bani Umayyah, Serta Tokoh-tokohnya

GUDANGMAKALAH165.BLOGSPOT.COM - Dewasa ini kita ketahui ranah kebahasaan semakin meluas di dunia Internasional.

BAB I, PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita dituntut tidak hanya sebatas mempelajari bahasa dalam negeri saja.

Oleh sebab itu berbagai pengembangan bahasa asingpun banyak bermunculan di tengah-tengah kita.

Sebagai wujud dari antusias pemerintah dan masyarakat, kemudian banyak inovasi yang diwujudkan pemerintah yakni berupa muatan lokal bahasa asing dalam lingkup lembaga pendidikan maupun yang lainnya.

BACA JUGA: 5 Objek Kajian Filsafat Hukum Islam, Ini Penjelasan Lengkap Filsafat Hukum Islam serta Ruang Lingkupnya

BACA JUGA: Kesetaraan Manusia Sebagai Makhluk Multikultural dalam Pendidikan Islam

Tak lepas dari lembaga kependidikan, Universitas mempunyai andil yang cukup besar dalam pengembangan bahasa asing. 

Seperti halnya dengan adanya berbagai jurusan yang berkaitan dengan bahasa asing, baik itu berupa ilmu murni ataupun ilmu kependidikan tentang bahasa asing.

Dalam kaitannya disini kami akan mengkaji bahasa asing dalam lingkup bahasa dan sastra arab.

Sebelum menjuru terhadap sastra arab, kita cerna lebih dulu apa kaitannya bahasa dengan sastra sendiri?

BACA JUGA: Mutasi Buatan yang Menguntungkan Pada Pemuliaan Tanaman, Berikut Penjelasannya

BACA JUGA: Modernisasi, Ciri-ciri, dampaknya pada teknologi modernisasi

Seperti yang kita ketahui sastra merupakan suatu karya indah yang dapat diungkapkan melalui bahasa. 

Di sini kita sebagai mahasiswa bahasa dan sastra arab menyadari bahwa dalam mempelajari  bahasa dan sastra asing, yang dalam lingkup ini di khususkan pada bahasa arab kita perlu mengkaji sejarah perkembangan bahasa dan sastra arab itu sendiri.

Mengapa demikian??? Karna bahasa merupakan suatu corak atau kebudayaan dari suatu bangsa atau negara yang strukturnya atau jenisnya berubah dari zaman ke zaman.

Dan untuk itu kami menganggap sangat penting untuk mengetahui perkembangan tersebut dengan mengkaji sejarah perkembangan bahasa dan sastra arab dalam makalah ini.

BACA JUGA: Makalah Ijma' dan Qiyas dalam Islam

BACA JUGA: 7 Tokoh Filsafat Alam atau Pra-Socratic, serta Penjelasan Gnoti Seauton dan Maieutica-technic

BAB II, PEMBAHASAN

A.  Pengertian sejarah sastra arab

1. Sejarah

Peristiwa masa lampau yang murujuk pada sebuah perubahan besar yang memiliki pengaruh yang besar pula.

2. Sastra

Pertama : Sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak.

Kedua : Sastra dibatasi hanya pada “mahakarya”(great books), yaitu buku-buku yang di anggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya.

Ketiga : Sastra diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya imajinatif.

Keempat : Sastra adalah sebuah nama dengan alasan tertentu diberikan sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan.

3. Arab

Arab merupakan nama dari suatu bangsa atau negara, yang bahasanya merupakan cabang dari bahasa semit, yaitu bahasa arab purba yang terkenal dan mendiami jazirah arab sendiri.

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan pengertian dari “Sejarah Sastra Arab” yaitu suatu ilmu yang membahas tentang keadaan-keadaan bahasa arab serta puisi atau prosa indah yang diciptakan oleh anak-anak pengguna bahasa arab dalam berbagai masa.

Dan sebab-sebab kemajuan dan kemunduran dan kehancuran yang mengancam kedua produk sastra itu, serta mengalihkan perhatiannya terhadap para tokoh trkemuka dari kalangan para penulis dan ahli bahasa.

B. Pembabakan Sastra Arab
Terdapat lima pembabakan dalam sastra arab yaitu:

1. Periode Jahiliyyah

Masa ini terjadi pada 2 periode yakni masa sebelum abad ke-5, dan masa sesudah abad ke-5 sampai dengan Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah (1 H/622 M).

Periode jahiliyyah ini dimulai pada sekitar satu setengah abad sebelum kedatangan islam dan berakhir sampai datangnya islam.

2. Periode Islam

Perkembangan kesusastraan Arab  ini berlangsung sejak tahun 1 H/622 M hinggga 132 H/750 M, yang meliputi: masa Nabi Muhammad SAW dan Khalifah ar-Rasyidin (1-40 H/662-661 M) dan masa Bani Umayyah (41-132 H/661-750 M). 

Periode ini juga dapat disebut dengan periode permulan islam (shadrul Islam).

Dimulai sejak datangnya islam dan berakhir ketika runtuhnya bani Umayyah pada tahun 132 H.

3. Periode Abbasiyah

Terjadi pada tahun 132 H/750 M sampai 656 H/1258 M. pada masa ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Abbasiyah 1, dimulai sejak berdirinya Daulah Abbasiyah tahun 132 H dan berakhir sampai  berdirinya negara-negara bagian pada tahun 334 H.

Abbasiyah 2, dimulai sejak berdirinya Negara-negara bagian  dalam pemerintahan Abbasiyah dan berakhir dengan jatuhnya Baghdad di tangan bangsa Tartar atau Mongol pada tahun 656 H.

4. Periode Kemunduran Kesusastraan Arab

Pada tahun (656-1213 H/1258-1798 M), periode ini di mulai sejak Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan, pemimpin bangsa Mongol, pada tahun 1258 M, sampai Mesir dikuasai oleh Muhammad Ali Pasya (1220 H/1805 M).

5. Periode Kebangkitan Kembali Kesusastraan Arab (Modern)

Periode kebangkitan ini dimulai dari masa pemerintahan Ali Pasya (1220 H/1805 M) hingga masa sekarang.

Dimulai sejak terjadinya perkembangan modern sampai saat ini.

6. Perkembangan Sastra Arab Jahili sampai Modern

Perkembangan pada periode jahiliyah
Pada abad ini merupakan awal pembentukan dasar-dasar bahasa arab. 

Terdapat banyak kegiatan pada masa ini yang dapat berpengaruh pada perkembangan bahasa arab.

Seperti halnya kegiatan di suq Ukas, Zu al-Majaz dan Majannah, merupakan festival dan berbagai lomba bahasa Arab yang diadakan di Mekkah dan yang mengikutinya adalah berbagai kalangan masyarakat antara suku Quraiys dan suku-suku lainnya.

Bahasa arab yang kita kenal sehari-sehari merupakan pencapuran antara bahasa arab dari suku yang berbeda-beda.

Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

- Hijrahnya bani Khathan ke semenanjung arab, percampuran mereka dengan arab Baidah di Yaman lalu kemudian berpencar ke seluruh penjuru jazirah akibat pecahnya bendungan ma’rib.

- Hijrahnya Isma’il ke jazirah arab dengan percampuran keturunannya dengan Qahthan dengan adanya perkawinan, peperangan dan perdagangan.

7. Periode Bani Umayyah

Periode ini ditandai dengan intensifikasi percampuran oran-orang arab islam dengan penduduk asli pada masa pemerintahan pada bani umayyah. 

Orang arab merupakan kelompok orang yang mempunyai dorongan yang sangat besar untuk mengembangkan kebudayaan mereka dengan cara menjadikan bahasa arab sebagai bahasa negara. 

Oleh karena itu penduduk asli pada masa itu mencoba untuk mempelajari bahasa arab sebagai bahasa pergaulan atau bahasa komunikasi sehari-hari dan bahasa agama. 

Sejak sepertiga akhir abad pertama Hijriah bahasa Arab telah mencapai kedudukan tertinggi,dan terhormat dalam islam.

Periode umayyah merupakan periode gencar dengan sastranya. 

Pada masa ini terdapat banyak golongan yang bermunculan dalam islam diantaranya Syiah dan Khowarij dan lain-lain.

Keadaan seperti ini menyebabkan posisi syair justru sebagai penyambung lidah atau alat untuk komunikasi sesuai dengan misi dari tiap-tiap golongan islam tersebut.

Dan pada zaman bani Umayyah ini penyair diberi kebebasan untuk mengekspresikan karyanya.
Fasilitas yang diberikan kepada penyair pada masa ini sangat memadai demi untuk memperkuat politik mereka. 

Para khalifah pada masa itu sengaja memecah belah antara penyair dengan memberikan iming-iming tertentu antara yang satu dengan yang lainnya bagi mereka yang pro kontra terhadap pemerintahan.

Jenis sya’ir pada masa bani umayah :

- Puisi Politik (Syiir al-Siyasi)

Seiring dengan munculnya golongan atau partai politik, maka munculah para penyair yang mendukung golongan atau partai politik tersebut.

Sehingga melahirkan puisi yang bernuansa politik seperti: Kasidah al-Kumait yang mendukung ahlu bait, Al-Qithry ibn Al-Fajaah pendukung Khawarij dan Al-Akhthal pendukung bani umayah.

- Puisi Polemik (Syiir al-Naqoid)

Puisi Al-Naqoid yakni  jenis puisi yang menggabungkan antara kebanggaan (fakhr), pujian(madh) dan satire (haja’).

- Puisi cinta (Syiir al-Ghazal)

Merupakan puisi yang  berkembang menjadi seni bebas/independent yang mengkhususkan pada kasidah-kasidah.

Tujuan sya’ir pada masa bani umayah:

- Al-Hija’ (celaan atau ejekan) adalah sya’ir yang bertujuan untuk mencela penya’ir lainnya.

Sehingga pada saat itu sering terjadi perang sya’ir antara satu penya’ir dngan penya’ir yang lainnya. 

Salah satu contoh dibawah ini adalah sya’ir hija’ yang dilontarkan oleh al-Farazdaq kepada Jarir:

ولو ترمى بلؤم بنى كليب
لدنّس لؤمهم وضح النهار
ليطلب حاجة إلا بحار         نجوم الليل وما وضحت لسار
ولو يرمى بلؤمهم نهار
وما يغو عزيز بنى كليب
“Walaupun gemintang malam dilempar dengan kehinaan bani kulaib, tidaklah bintang itu menjadi gelap sementara kehinaan mereka tetap berlalu. 

Walaupun siang dilempar dengan kehinaan mereka, siang tetaplah terang sedang kehinaan mereka semakin terjadi. Dan tidaklah ketua bani Kulaib bepergian kecuali untuk meminta kebutuhannya pada tetangga.”

Al-Madah (pujian)
Para penyair arab dimasa bani Umayyah sering menggunakan syair Al-Madah sebagai alat untuk mendapatkan uang dari penguasa, sehingga memuji penguasa menjadi sebuah pekerjaan bagi seorang penyair. 

Akan tetapi tidak semua penyair memuji tujuannya hanya untuk  mendapatkan uang akan tetapi ada juga yang hanya sebatas membanggakan kelompoknya. 

Berikut adalah contoh sya’ir madah :

لله دار عصابة نادمتهم
يمشون فيالحلل المضاف سجها          يوما بجلق فى الزمان الأوّل
مشى الجمال إلى الجمال البزل
          
“Allah adalah rumah setiap golongan yang menemani mereka Selama satu hari di dzillaq (tempat dekat damaskus) pada permulaan zaman. 

Mereka berjalan-jalan disela-sela kebingungan yang memintal seperti unta yang memasuki umur unta bujjal (unta umur delapan tahun yang menginjak umur Sembilan/ unta dewasa)”       

- Al-Fakhru (membangga-banggakan)

Dalam syair fakhru, penyair arab sering membangga-banggakan dirinya atau kelompoknya  lewat syair-syairnya. 

Adapun yang mereka banggakan adalah seperti bangga dengan kekayaan, kedudukan dan istri yang cantik.

لنا حاضر فعم، وباد كأنّه
لنا الجننات الغرّ يلمعن بالضحى         شماريع رضوى عزّة وتكرّما
وأسيافنا يقطر من نجدة دمأ

“Kita adalah orang yang ada di fa’mun (puncak), dengan menikung bagai batang yang dijalari keagungan dan kemulyaan. 

Kita adalah pembela kebenaran tyang bersinar terang di waktu dluha (pagi menjelang siang).

Dan pedang-pedang kita siap mengucurkan darah

Periode Zaman Modern
Pada akhir abad XVIII pada saat bangsa Arab dibawah kepemerintahan Daulah Usmaniyah keaadaannya sangat lemah. 

Bangsa Eropa yang telah melihat keadaan ini akhirnya kembali mengulangi ekspansi ke timur tengah. 

Mereka datang tidak dengan menggunakan cara kekerasan, melainkan mereka datang dengan dalih untuk menyebarkan ilmu pengetahuan serta memperluas roda perdagangan.

Pemerintahan berikutnya yang jatuh kepada Muhammad ali yang diangkat oleh Sultan Usmani menjadi gubernur mesir.

Beliau berusaha untuk menerima kebudayaan barat dan hasil ilmu pengetahuan.

Ali tidak lagi mementingkan pemerintah dan pembangunan, dan semenjak itu perkembangan dibidang sastra berkurang lalu dua abad kemudian munculah lagi karya sastra arab yang baru, dan para penyair menyesuaikan diri dengan zaman modern, lalu mereka mulai melepaskan diri dari cirri klasik, namun keterikatannya masih ada.

 
Keistimewaan syair modern ini lebih mementingkan isi dari sampiran, dan bahasanya mudah serta sesuai dengan keadaan.

 
Kemudian munculah penulisan prosa berupa cerita pendek modern dalam bahasa arab.

 
Seperti halnya dengan novel dan drama, yang baru dimulai pada akhir abad lalu.

 
Dan pada abad ini bentuk puisi juga mengalami perubahan yang cukup besar. 

Dan banyak puisi-puisi arab modern yang sudah tidak terikat lagi pada gaya lama yang biasa dikenal ‘’ilm al-Arud”.
Meskipun demikian sebagai penyair
Meskipun sebagian penyair dewasa ini senang juga menciptakan puisi bebas, tetapi masih banyak juga yang bertahan dengan gaya lama kendati tidak lagi terikat pada persyaratan tertentu, seperti penyair Mahmud Ali Taha (w.1949).  

Puisi-puisinya sangat halus, romantis, tetapi sangat religius.

Beberapa pengamat menganggapnya banyak terpengaruh oleh romantisme Perancis abad ke-19, terutama Lamartine. 

Mungkin sudah terdapat jarak antara penyair ini dan penyair-penyair modern semi-klasik sebelumnya, seperti Ahmad Syauqi atau Hafidz Ibrahim (1872-1932) yang dipandang sebagai penyair-penyair besar.

Dalam sastra arab modern, mesir merupakan pembuka jalan meskipun para sastrawan itu banyak yang dari Libanon dan Suriah. 

Mereka pindah ke mesir untuk menyalurkan bakatnya.

Dan terlebih lagi di Mesir mempunyai Universitas yang terkenal yakni Universitas Al-Azhar Cairo yang dibangun pada masa Dinasti Fatimiyah.  

Beberapa Penyair pada masa itu umumnya berimigrasi ke Amerika Selatan. 

Perkembangan bahasa dan sastra pun mengalami perubahan dari gaya tradisional, kalimat yang panjang, dan berlebihan akibat pengaruh pleonasme dan penggunaan kosa kata klasik berganti dengan gaya yang sejalan dengan waktu, serba singkat.

Ciri khas perkembangan bahasa dalam sastra arab modern ini ialah menggunakan bahasa percakapan dalam dialog.

Sebagian kalangan cenderung ingin merubahhuruf arab sedemikian rupa supaya dapat dibaca dalam huruf latin, bahkan di Libanon ada sekelompok sastrawan yang mencoba mengganti huruf arab dengan huruf latin. 

Novel pun sekarang terbitdalam bahasa arab kini menggunakan huruf latin.

Faktor Penyebab Berkembangnya Sastra Arab
Kebangkitan Sastra di Mesir pada abad modern diawali dengan berkembangnya aliran sastra yang kemudian dikenal dengan aliran konservatif (Tayyaral Muhafidzin) yaitu aliran yang merekonstruksi ruang lingkup sastra dengan tetap merevivalisasi sastra klasik serta mengembangkan tema sastra sesuai dengan kondisi kekinian. 

Pelopor aliran ini adalah Mahmud Samial-Barudi(1838-1904).

Pembaharuan yang dilakukan Barudi bukan melakukan sweeping atau menyapu bersih kaidah-kaidah sastraklasik, seperti qowafi (rhyme) dan wazan(ritme).

Oleh karena itu aliran ini disebut muhafidziin karena mereka tetap menjaga parameter sastra yang diwariskan secara turun-temurun dari sastrawan-sastrawan klasik.

Namun demikian, pembaharuan Barudi hanya sebatas pembaharuan pada diksi tema yang dikaitkan dengan kondisi pada zamannya atau hasil dari interaksi langsung dengan sosial budaya masyarakat pada waktu itu.

Terlepas dari Barudi, kebangkitan sastra arab diawali dengan beberapa faktor.

Berikut ini kami akan sampaikan secara singkat faktor-faktor yang menyebabkan bangkitnya kembali kesusastraan arab:

Bersatunya antara kebudayaan barat dengan kebudayaan timur. 

Pada awal kurun yang lampau yang diusung pertama kali oleh Napoleon Bonaparte dan pengambilan kekuasaan dari tangan para komunis, dan lain dari pada itu negara bagian timur menjadi tempat bekerja bagi mereka, dan mereka menjadikan bahasa arab sebagai bahasa yang resmi untuk menyebar luaskan beberapa ajaran dan sastra.

Adapun beberapa pekerjaan mereka yang ada di Suriah tidak terlepas dari beberapa peninggalan yang ada di Mesir, maka dibangunlah beberapa sekolah dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang Syam Nasrani, maka keluarlah beberapa kelompok dari mereka yang mempunyai kelebihan berbahasa Arab dan kemudian mengembangkan keilmuwan dan kesusastraan arab.

Bertambahnya jumlah orientalis di Eropa bagian timur dan usaha mereka terus berlanjut hingga mendapatkan beberapa publikasi Arab dan dicetaklah beberapa buku berbahasa Arab, dan beberapa tulisan perserikatan Asuyah yang membahas tentang berbagai ilmu dan masalah-masalah ketimuran, sehingga bertambahlah tempat mutiara-mutiara ilmu dan sastra.

Dibangunnya sekolah yang bermacam-macam yang didirikan Muhammad Ali Basya dengan bantuan para pengajar dari Eropa dan beberapa ulama Mesir.

Dan dibangun pula -sekolah yang didirikan oleh Khudhowi Ismail, yang merupakan sekolah bahasa Arab yang sangat besar, sedangkan sekolah sastra yaitu sekolah Darul Ulum.

Maka tercetaklah dari sekolah-sekolah ini ratusan guru, hakim, dan para penulis kitab.

Adanya utusan kaderisasi ilmu pengetahuan, yaitu Muhammad Ali Basya dan Ismail Basya kepada sejumlah kerajaan yang ada di Eropa untuk menyampaikan bermacam-macam ilmu pengetahuan dan pengutusan tersebut berjalan selama 12 tahun.

Adanya propaganda dalam pembelajaran bahasa asing, sehingga sistem pengajaran pada saat itu dengan cara paksa seperti yang ada di Mesir dan Syam dan sekolah-sekolah negeri, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah pusat da’wah.

Dari sanalah banyak di nukil kalimat-kalimat yang berbahasa Perancis kedalam bahasa Arab.

Maka dengan adanya Atsar dari bahasa tersebut, beberapa hasil pemikiran orang-orang pada waktu itu dapat terbukukan dan menyebar luas hingga mereka mampu menerjemahkan ribuan kitab dan riwayat, makalah-makalah politik ilmiah kedalam bahasa Arab. 

Maka hal tersebut juga dimanfaatkan bagi orang yang tidak paham dengan bahasa asing sehingga menjadi tahu dengan jelas sastra yang yang mendalam.

Didirikannya percetakan berbahasa Arab di Mesir, Syam dan konstantinopel. kemudian dicetaklah beberapa mushaf-mushaf dan beberapa kitab ilmu sastra.

Dan diantara kitab-kitab yang terpenting yang tercetak untuk menghidupkan kembali bahasa Arab dan kesusastraanya, yaitu kitab-kitab yang berbentuk kamus seperti kamus istilah dan beberapa penjelasan, Lisanul Arab yang sifat khusus membahas tentang kalamul Arab, dan beberapa kitab sastra seperti: kitab Al-Aghani Wal Aqdul Farid karangan Al Hariri, Al-Badi’, Amalil Qali dan Shahi A’syaa.

Dan beberapa kitab-kitab syair yang sangat banyak jumlahnya. Adapun kitab-kitab sejarah seperti: karangan At-thabari dan Ibnul Atsir, kitab Muqoddimah karangan Ibnu Khaldun, dan beberapa kitab-kitab modern yang lainnya yang tersebar di Eropa.

Diterbitkannya surat kabar Arab yang ada di Mesir Syam dan Konstantinopel. Dan koran pertama di Arab yaitu Al-Waqoi’Al-Misriyah yang terbit pada tahun 1828. 

Awalnya sebagian teks berbahasa Turki, yang kemudian dirancang kembali oleh Syek Hasan Al-Ithari dan Syek Syihabuddin, sehingga kemudian terpisah antara yang berbahasa Arab dan Berbahasa Turki dan kemudian pada akhirnya hanya berbahasa Arab saja kemudian dicetak dengan tulisan Arab Nashi dan Arab Farisi dan terbit selama tiga kali dalam satu minggu hingga sekarang.

Sedangkan koran yang berbahasa Arab pertama kali terbit di Suriah yaitu Hadiqatul Akbar yang terbit pada tahun 1808, sedangkan di Konstantinopel pada tahun 1860, yang mana redakturnya adalah Ahmad Faris. 

Kemudian terbit juga setelah itu koran Suriah resmi pada tahun 1865. Adapun koran yang pertama kali terbit di Mesir setelah Al-Waqai’adalah Wadi Annaily (koran lama) dan terbit pula koran-koran yang lain seperti Al-Iskandariyah, Azzaman, Al-Ibtidal, Al-Fallak Wal Ahram, Al-Muqtim, Wal Muayyad, Wal-Lukluk, Wal-Ilmu, Wal Jaridah dan Syuad.

- Adanya kelompok-kelompok ilmuwan dan sastrawan, dan yang paling terkenal pada saat itu Syek Jamaluddin Al-Afghari.

- Adanya kreasi seni berbahasa Arab, pertama kemunculannya di Syam kemudian menyebar ke Mesir, yang bertujuan untuk memberantas budaya buta seni, dan kelemahan dalam berbahasa Arab yang pasih dan lancar.

- Adanya peraturan baru di Al-Azhar dan sekolah-sekolah dasar, yang memasukkan materi-materi baru dari berbagai macam ilmu, atas ide Syekh Muhammad Abduh.

19/12/18

Metode Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Metode Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Metode Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Arab



BAB I
PENDAHULUAN

         
A.  Latar Belakang
Ketidakpuasan kepada metode langsung yang kurang memberikan perhatian kepada kemahiran membaca dan menulis, mendorong para guru dan para ahli bahasa untuk mencari metode baru. Pada waktu itu, berkembang opini di kalangan para guru bahwa mengajarkan bahasa asing dengan target penguasaan semua ketrampilan berbahasa adalah sesuatu yang mustahil.
Oleh karena itu, Profesor Coleman dan kawan-kawan dalam sebuah laporan yang ditulis pada tahun 1929 menyarankan penggunaan suatu metode dengan satu tujuan pengajaran yang lebih realistis, yang paling diperlukan oleh para pelajar, yakni ketrampilan membaca. Metode kemudian yang dinamai “ metode membaca ” ini digunakan di sekolah menengah dan perguruan tinggi di seluruh Amerika dan negara-negara lain di Eropa. Meskipun disebut “ metode membaca ”, tidak berarti bahwa kegiatan belajar mengajar terbatas pada latihan membaca. Latihan menulis dan berbicara juga diberikan meskipun dengan porsi yang terbatas.
Metode membaca merupakan salah satu metode yang cukup terkenal dalam pembelajaran bahasa asing. Metode ini bertujuan untuk mengajarkan kemahiran membaca bahasa asing. Untuk mengetahui lebih lanjut yang berkaitan dengan metode membaca, mari kita diskusikan terkait masalah yang berkaitan dengan metode membaca ini dan menyempurnakan kekurangan dari makalah kami ini.

         B. Rumusan Masalah
                 1.    Apa pengertian metode membaca ?
                 2.    Bagaimana karakteristik metode membaca ?
                 3.    Apa saja ciri metode membaca ?
                 4.    Bagaimana langkah-langkah pembelajaran metode membaca ?
                





BAB II
PEMBAHASAN

           A. Pengertian Metode Membaca
Metode Membaca ini lahir dari pemikiran para ahli pengajaran bahasa asing pada awal abad 20. Teori ini dipelopori oleh beberapa pendidik Inggris dan Amerika. (West 1926), yang mengajar bahasa Inggris di India, berpendapat bahwa belajar membaca secara lancar jauh lebih penting bagi orang India yang belajar bahasa Inggris dibanding berbicara. West menganjurkan suatu penekanan pada membaca bukan hanya karena dia menganggap hal itu sebagai ketrampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh dalam bahasa asing tetapi juga karena hal itulah yang paling mudah, ketrampilan dengan nilai tambah yang paling besar pada siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran bahasa.
Metode membaca ini memang mendapat banyak kritik-kritik, baik pada metode waktu itu dianjurkan di Amerika. Begitu pula selama perang dunia II tatkala kemampuan berbicara dalam berbagai bahasa merupakan prioritas nasional di Amerika Serikat. Akan tetapi, sejak perang itu terdapat suatu pembaharuan minat dalam pengajaran bahasa-bahasa untuk tujuan-tujuan tertentu seperti membaca sastra dan pustaka ilmiah. Di luar Amerika Serikat pada tahun 1929-an metode membaca ini mulai digunakan.
Membaca merupakan kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dan bahasa tulisan. Tarigan (1994/III:7) melihat bahwa membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis.
Metode membaca adalah menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dahulu mengutamakan membaca, yakni guru pertama membacakan topik bacaan, dan diikuti oleh peserta didik, tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung anak didik untuk membacakan pelajaran tertentu terlebih dahulu, dan yang lain memperhatikan dan mengikutinya.
Membaca melibatkan tiga unsur, yaitu: makna sebagai unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawakan makna, dan simbol tertulis sebagai unsur visual. Perpindahan simbol tertulis ke dalam bahasa ujaran itulah, menurut Ibrahim (1962:57), disebut membaca.

B.   Karakteristik Metode Membaca
                          1.Tujuan utamanya adalah kemahiran membaca.
  2.Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan suplemen daftar kosa kata        dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk perluasan buku latihan mengarang terbimbing dan percakapan.
  3.Basis kegiatan pembelajaran adalah memahami isi bacaan. Pemahaman isi bacaan       melalui proses analisis,
                           4. Membaca diam lebih diutamakan dari pada membaca keras.
                           5.Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak boleh berkepanjangan.

          C.Ciri-ciri Metode Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Arab
1.Biasanya metode ini memulai dengan memberi latihan sebentar kepada siswa   tentang ketrampilan bertutur kemudian mendengarkan beberapa kalimat sederhana dan mengucapkan kata-kata serta kalimat hingga siswa mampu menyusun kalimat. Berangkat dari inilah bahwa bentuk yang disusun oleh siswa tentang aturan tutur bahasa akan memberi andil dalam mengembangkan ketrampilan berkomunikasi.
2.Setelah siswa berlatih mengucapkan beberapa kalimat kemudian mereka membacanya dalam teks. Guru bertugas mengembangkan sebagian ketrampilan membaca dalam hati bagi murid-murid.
3. Setelah itu para siswa membaca teks dengan Qira’ah jahriyah (membaca dengan keras) yang diikuti dengan beberapa pertanyaan seputar teks untuk menguatkan pemahaman.
4.Membaca terbagi menjadi dua macam yaitu membaca intensif dan membaca   lepas, masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda. Membaca intensif bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar membaca dan ketrampilan ini membutuhkan perbendaharaan kata serta pengetahuan kaidah-kaidah tata bahasa. Ketrampilan membaca ini mengembangkan ketrampilan pemahaman bagi siswa di bawah bimbingan guru kelas.
5. Adapun Qira’ah lepas maka bisa dilaksanakan di luar kelas. Dibenarkan guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan membatasi apa yang harus dibaca serta mendiskusikannya.
6.Membaca lepas memberikan andil dalam pencapaian siswa pada khazanah arab, membaca kitab-kitab dan semi arab. Dan dari sini akan memberikan tambahan pemahaman mengenai kebudayaan arab.

          D.  Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Membaca
a)      Guru memulai pembelajaran dengan memberikan kata-kata dan ungkapan yang dianggap sulit yang akan ditemui oleh siswa dalam teks, menjelaskan makna kata-kata ungkapan tersebut dengan definisi konteks dan contohdalam kalimat lengkap.
b)      Setelah itu siswa diminta untuk mmbaca dalam hati teks bacaan yang sudah diprogramkan Selma kurang lebih 25 menit.
c)      Pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi mengenai kandungan/isi bacaan yang bisaberupa Tanya jawab dengan menggunakan bahasa ibu siswa.
d)     Setelah menguasi isi bacaan,guru membimbing siswa menyimpulkan suatu aturan tata bahasa dalam bacaan. Dan jika dirasa perlu, guru akan memberikan penjelasan tentang tata bahasatersebut secara singkat.
e)      Kalau masih ada kosa kata yang belum dipahamioleh siswa ,maka pembelajaran akan dilanjutkan dengan pembahasan kosa kata yang belum dipahami atau belum dibahas sebelumnya.
f)       Berikutnya para siswa akan mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam bukuseplemen,yaitu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan latihan ,bahan bacaan latihan menulis.
g)      Setelah selesai mengerjakan latihan, bahan bacaan perluaran diberikan untuk dipelajaridirumah dan hasilnya dilaporkan pada pertemuan berikutnya.











BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
·      Metode Membaca merupakan kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati.
·      Karakteristik Metode Membaca : Tujuan utamanya adalah kemahiran membaca. Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan suplemen daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan. Basis kegiatan pembelajaran adalah memahami isi bacaan. Membaca diam lebih diutamakan dari pada membaca keras. Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak boleh berkepanjangan.
·      Ciri-ciri metode membaca : Biasanya metode ini memulai dengan memberi latihan sebentar kepada siswa tentang ketrampilan bertutur kemudian mendengarkan beberapa kalimat sederhana dan mengucapkan kata-kata serta kalimat hingga siswa mampu menyusun kalimat. Setelah siswa berlatih mengucapkan beberapa kalimat kemudian mereka membacanya dalam teks. Setelah itu para siswa membaca teks dengan Qira’ah jahriyah (membaca dengan keras). Membaca terbagi menjadi dua macam yaitu membaca intensif dan membaca lepas. Adapun Qira’ah lepas maka bisa dilaksanakan di luar kelas. Membaca lepas memberikan andil dalam pencapaian siswa pada khazanah arab, membaca kitab-kitab dan seni arab.
·      Adapun metode membaca diantaranya : Membaca nyaring (al-Qira’ah al-Jahriyyah), Membaca diam / membaca dalam hati (al-Qira’ah al-Shamitah), Membaca pemahaman, Membaca kritis, Membaca ide.










DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Kinara, 2009.
Fachrurrozi, Aziz & Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta Timur: Bania Publising, 2010.
          Hamid, M. Abdul, dkk. Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011.
Nuha, Ulin. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogjakarta: DIVA PRESS, 2012.
Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997.



05/12/18

Peran Motivasi dalam Pembelajaran Mandiri dan Strategi Pembelajaran Bahasa: Dalam Kasus Pembelajar EFL Cina

Peran Motivasi dalam Pembelajaran Mandiri dan Strategi Pembelajaran Bahasa: Dalam Kasus Pembelajar EFL Cina


Peran Motivasi dalam Pembelajaran Mandiri danStrategi Pembelajaran Bahasa:Dalam Kasus Pembelajar EFL Cina

 
Abstrak
Meskipun pengaturan diri, berasal dari psikologi pendidikan, adalah topik baru di bidang pembelajaran bahasa kedua, strategi pembelajaran bahasa adalah fokus utama dari banyak penelitian dalam dua dekade terakhir. Juga, di antara individu L2 perbedaan, motivasi memainkan peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam penelitian ini, motivasi adalah diselidiki dari teori penentuan nasib sendiri di mana lima jenis motivasi disajikan. Tidak ada studi yang ditemukan menyelidiki peran motivasi baik dalam pengaturan diri dan strategi pembelajaran bahasa. Untuk tujuan semacam itu, 49 Cina EFL peserta didik menanggapi SILL, MSLQ dan LLOS_IEA masing-masing diusulkan oleh Oxford (1990), Pintrich et al (1991) dan Noel et al (2000). Hasil running Pearson correlation menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi, pengaturan diri dan strategi pembelajaran bahasa. Hal ini juga mengungkapkan bahwa pelajar EFL Cina menggunakan memori, strategi sosial dan afektif lebih dari yang lain. Orientasi motivasi paling umum diidentifikasi peraturan. Di antara strategi belajar mandiri, regulasi usaha sangat digunakan oleh mereka. Pada akhirnya beberapa implikasi dianggap.
Kata kunci: motivasi, strategi pembelajaran bahasa, pengaturan diri, teori penentuan nasib sendiri

1. Perkenalan
Melatih pembelajar otonom yang mengatur sendiri belajar mereka sendiri adalah salah satu tren terbaru dalam dua terakhir dekade. Saat ini, pendekatan pusat guru digantikan oleh pusat pembelajar, jadi peran dan tanggung jawab dari individu lebih penting dan berubah dari pasif menjadi aktif. Dorongan untuk mengajar peserta didik "cara belajar" berasal dari karya Rubin dan Stern pada pertengahan abad sembilan belas pada karya pelajar bahasa yang miskin dan baik. Ini diikuti oleh banyak sarjana yang akhirnya mencoba membentuk klasifikasi strategi (Brown, 2007). Bahasa strategi pembelajaran adalah fokus dari banyak penelitian selama dua dekade terakhir (Banisaeid 2013a, 2013b, Banisaeid & Huang, 2014; Cohen, 1998; Dörnyei, 2005; Ellis, 1994; Goh, 2002; Griffiths, 2003, 2007; Griffiths & Oxford, 2014; O’Malley & Chamot, 1990; Oxford, 1990, 2003; Oxford, Rubin, Chamot, Schramm, Lavine, Gunning & Nel, 2014; Oxford, Griffiths, Longhini, Cohen, Macaro & Harris, 2014; Ridley, 1997; Stern, 1992). Munculnya bahasa strategi pembelajaran mengarah ke strategi-instruksi atau pelatihan strategi dimana pembelajar mampu menggunakan berbagai jenis strategi untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri. Beberapa sarjana mencoba mengganti kerangka strategis dengan gagasan pengaturan diri yang semula diturunkan dari pendidikan psikologi (Banisaeid & Huang, 2014; Dörnyei 2005; Mawar, 2012; Tseng, Dörnyei & Schmitt, 2006). Disamping itu, tujuan akhir dari instruksi strategi adalah untuk melatih pembelajar mandiri dan mandiri.
Zimmerman (1989) mendefinisikan pengaturan diri sebagai tingkat bahwa peserta didik adalah "metakognisi, motivasi dan peserta yang aktif berperilaku dalam proses belajar mereka sendiri ”(hal. 329). Gagasan yang lebih luas "self-regulation" digunakan sebagai pengganti strategi pembelajaran bahasa dalam beberapa penelitian karena kereweluan definisi dan kesulitan dalam pengukuran. (Banisaeid & Huang, 2014; Dörnyei, 2005; Tseng dkk., 2006; Rose, 2012).
Perbedaan individu sebagai bakat bahasa, motivasi, gaya belajar, harga diri, kecemasan, keyakinan pelajar, dan kreativitas mempengaruhi penguasaan bahasa kedua (Dörnyei, 2005). Oxford (1990) menyatakan “penggunaan pembelajar yang lebih termotivasi rentang strategi yang lebih besar secara signifikan daripada pembelajar yang kurang termotivasi ”(hal.13).
2. Review Literatur
2.1 Motivasi
Di antara perbedaan individu L2, motivasi memainkan peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Dörnyei (2012) menyatakan bahwa ada cukup banyak penelitian tentang motivasi L2 dalam tiga dekade terakhir. Dörnyei (2005) memberikan ikhtisar ringkas tentang penelitian motivasi L2 dan membagi sejarah menjadi tiga fase:
a)      Periode psikologis sosial (1959–1990) —ditandai oleh karya Gardner dan miliknya siswa dan rekan di Kanada.
b)      Periode kognitif-terletak (selama 1990-an) -ditandai oleh kerja menggambar pada kognitif teori dalam psikologi pendidikan.
c)      Periode berorientasi proses (lima tahun terakhir) —disandai oleh minat dalam motivasi berubah, diprakarsai oleh karya Dörnyei, Ushioda, dan rekan-rekan mereka di Eropa (hal. 66-67).
Pada fase pertama, penelitian motivasi L2 datang dari psikolog sosial yang bekerja di Kanada, dari Wallace Lambert dan Robert Gardner (Dörnyei, 2005). Integrativeness dan instrumentalitas adalah hasil dari Gardner karya motivasi dalam periode ini (Dörnyei, 2012).
·         Motivasi integratif: “disposisi positif terhadap kelompok L2 dan keinginan untuk berinteraksi dengan dan bahkan menjadi serupa dengan anggota terhormat dari komunitas itu ”.
·         Motivasi instrumental: ”ini terkait dengan potensi keuntungan pragmatis dari kemampuan L2 seperti mendapatkan pekerjaan atau gaji lebih tinggi ”(Dörnyei, 2012, p. 17).
Di bidang pembelajaran bahasa, meskipun ada beberapa karya yang berhubungan dengan dua jenis motivasi ini (Moriam, 2008; Rahimi dkk., 2012; Rahman, 2005), beberapa penelitian ditemukan menggunakan teori-teori kognitif yang diperkenalkan di fase kedua dari sejarah motivasi.
Pada fase kedua, teori penentuan nasib sendiri diperkenalkan oleh Deci & Ryan (Dörnyei, 2012). “Menurut teori penentuan nasib sendiri, ada dua jenis motivasi umum, yang didasarkan pada intrinsik minat dalam kegiatan per se dan yang lainnya berdasarkan penghargaan ekstrinsik terhadap aktivitas itu sendiri. Jenis-jenis ini Namun, motivasi tidak berbeda secara kategoris, melainkan terletak di sepanjang kontinum penentuan diri ”. (Noel, Pelletier & Vallerand, 2000, p. 60) (Gambar 1).
Noels dkk. (2000) menyajikan lima basis motivasi belajar bahasa yang terletak di sepanjang kontinum intrinsik dan motivasi ekstrinsik (juga dikutip dalam Dörnyei, 2005, hal. 78)
1.      Amotivasi: Kurangnya motivasi yang disebabkan oleh kesadaran bahwa 'tidak ada gunanya ...' atau 'itu di luar saya ...' E.g., [Mengapa kamu belajar L2?] Sejujurnya, saya tidak tahu, saya benar-benar memiliki kesan membuang-buang waktu saya di belajar bahasa kedua.
2.      Pengaturan Eksternal: Bentuk motivasi ekstrinsik yang paling tidak ditentukan sendiri, datang sepenuhnya dari eksternal sumber seperti hadiah atau ancaman (mis., pujian guru atau konfrontasi orang tua). Misalnya, karena saya memiliki kesan yang diharapkan dari saya.
3.      Regulasi Introjeksi: Aturan-aturan yang dipaksakan secara eksternal yang diterima oleh siswa sebagai norma yang harus diikuti agar tidak diterima untuk merasa bersalah (misalnya, aturan melawan pembolosan). Misalnya, karena saya akan merasa bersalah jika saya tidak tahu sedetik bahasa.
4.      Peraturan yang Diidentifikasi: Orang itu terlibat dalam suatu kegiatan karena dia sangat menghargai dan mengidentifikasi dengan perilaku, dan melihat kegunaannya (misalnya, mempelajari bahasa yang diperlukan untuk mengejar hobi seseorang atau minat). Misalnya, karena menurut saya ini baik untuk pengembangan pribadi saya.
5.      Motivasi Intrinsik
·         Pengetahuan: Melakukan aktivitas untuk perasaan yang terkait dengan mengeksplorasi ide-ide baru dan memperoleh pengetahuan. Misalnya, untuk perasaan puas yang saya dapat dalam menemukan hal-hal baru.
·         Prestasi: Sensasi yang berkaitan dengan upaya untuk menguasai suatu tugas atau mencapai suatu tujuan. Misalnya, untuk kepuasan yang saya rasakan ketika saya sedang dalam proses mencapai latihan yang sulit di yang kedua bahasa
·         Stimulasi: Sensasi dirangsang dengan melakukan tugas, seperti apresiasi estetika atau kesenangan dan kegembiraan. Misalnya, untuk perasaan 'tinggi' yang saya alami saat berbicara dalam bahasa kedua (Dörnyei ,, 2005, hal 78)

2.2 Pengaturan diri
Di bidang SLA, beberapa sarjana baru mencoba meminjam istilah "pengaturan diri" dari psikologi pendidikan (Banisaeid & Huang, 2014; Dörnyei, 2005; Rose, 2012; Tseng et al., 2006). Pengaturan diri mengacu pada "self-generated." pikiran, perasaan, dan tindakan yang direncanakan dan secara siklis disesuaikan dengan pencapaian tujuan pribadi
(Zimmerman, 2000, p.14). Menurut Schunk dan Ertmer (2000), pengaturan diri bersifat siklis sejak pribadi, faktor perilaku dan lingkungan berubah selama belajar. Dari perspektif kognitif sosial, pengaturan diri adalah sebuah interaksi antara proses triadik pribadi, perilaku dan lingkungan (Bandura, 1988). Dari segi sosial perspektif kognitif, proses pengaturan diri dan keyakinan yang menyertainya jatuh ke dalam tiga fase siklikal:
pemikiran, kinerja atau kontrol kehendak, dan proses refleksi diri (Zimmerman, 2000, hal. 16) (tabel1).

Pintrich (2000) mengklasifikasikan empat asumsi dasar yang umum di antara berbagai model pembelajaran mandiri. 1. Asumsi aktif dan konstruktif: peserta didik adalah peserta aktif dalam proses pembelajaran. 2. Potensi untuk mengendalikan asumsi: pembelajar dapat berpotensi memantau, mengendalikan, dan mengatur tertentu aspek kognisi, motivasi, dan perilaku mereka sendiri serta beberapa fitur dari mereka lingkungan. 3. Tujuan, kriteria, atau asumsi standar; di semua model, ada kriteria yang juga disebut tujuan atau standar pelajar menilai proses pembelajaran. 4. Kegiatan pengaturan diri adalah mediator antara karakteristik pribadi dan kontekstual dan aktual prestasi atau kinerja. Pengaturan diri mencakup beberapa strategi yang membentuknya. Pintrich dan rekan-rekannya (1991) mengusulkan strategi termotivasi untuk mempelajari kuesioner yang mencakup dua bagian utama: orientasi motivasi dan strategi pembelajaran (tabel 2).
 
Brown (2007) menegaskan bahwa upaya pertama yang mengarah ke beberapa penentuan yang sangat hati-hati dari strategi pembelajaran khusus datang dari karya pada pelajar miskin dan baik dan variasi individu oleh Rubin dan Stern pada pertengahan 1970-an. Ini titik awal kemudian diikuti oleh banyak ulama yang mencoba membentuk klasifikasi berbeda dari pembelajaran bahasa strategi (Dörnyei, 1995; O’Malley & Chamot, 1989; Oxford, 1990). Dengan munculnya pembelajaran bahasa strategi, banyak sarjana merekomendasikan mengajar peserta didik bagaimana belajar dan menyatakan bahwa memfasilitasi otonomi melalui instruksi strategi harus menjadi tujuan pengajaran bahasa yang paling penting (Brown, 2007). Ellis (1994) menekankan pada peran mediasi strategi antara peserta didik dan faktor situasional dan hasil belajar. Dia mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai "pendekatan atau teknik tertentu yang digunakan para siswa untuk mencoba belajar sebagai L2" (1997, P. 76-77). “Pikiran atau perilaku khusus yang digunakan individu untuk membantu mereka memahami, mempelajari, atau menyimpan informasi baru “(O’Malley & Chamot, 1990). Dengan definisi yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa setiap teknik, pendekatan, pemikiran atau perilaku yang bisa sadar atau tidak sadar yang mengarah ke pembelajaran didefinisikan sebagai strategi. Dengan demikian, berbeda klasifikasi strategi pembelajaran bahasa muncul. Oxford (1990) mengklasifikasikan pembelajaran umum strategi menjadi dua kategori utama: langsung (kognitif, memori dan kompensasi) dan tidak langsung (metakognitif, afektif, sosial). Klasifikasi Oxford terdiri dari enam puluh dua strategi, 35 langsung dan 27 dalam strategi tidak langsung (Ellis, 1994).
Ellis (1994) menyatakan “mungkin klasifikasi strategi pembelajaran yang paling komprehensif hingga saat ini adalah yang disediakan oleh Oxford (p. 539; juga dalam Brown, 2 001, p. 217) (Tabel 3)

.4 Perspektif saat ini
Tujuan akhir dari pelatihan strategi adalah otonomi dan pengaturan diri. Benson (2007) menyebutkan bahwa sejarah otonomi dalam pendidikan bahasa terdokumentasi dengan baik. Spratt et al. (2002) menyatakan bahwa motivasi adalah faktor kunci yang mempengaruhi otonomi (juga dalam Gordon, 2013). Karena nama lain dari pengaturan diri adalah otonomi (Bandura, 1991) dan tujuan dari instruksi strategi adalah untuk melatih siswa yang mandiri dan mandiri, motivasi dianggap sebagai yang utama faktor. Jadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh motivasi pada otonomi.

3. Pertanyaan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
·         Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi dan pengaturan diri peserta EFL dan bahasa mereka
menggunakan strategi pembelajaran?
·         Apa strategi pembelajaran bahasa yang paling sering digunakan oleh pelajar EFL Cina?
·         Orientasi motivasi apa yang umum di kalangan pelajar EFL Cina?
·         Apa strategi pembelajaran mandiri yang paling sering digunakan oleh pelajar EFL Cina?

4. Metodologi
4.1 Subjek
49 (42 perempuan dan 7males) Pelajar EFL Cina di Universitas Zhejiang mengambil bagian dalam penelitian ini. Usia rata-rata mereka adalah 19. Mereka semua mahasiswa baru di jurusan berbeda dalam bidang kemanusiaan. Mereka belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Induk mereka adalah bahasa Cina.
4.2 Instrumen
4.2.1 Inventarisasi Strategi untuk Pembelajaran Bahasa (SILL)
Pada awalnya, ada enam pertanyaan mengenai karakteristik peserta didik: nama mereka, usia, email, jenis kelamin, tahun belajar dan jurusan. Kuesioner yang diajukan oleh Oxford (1990) mencakup 50 item dalam enam bagian di mana para peserta merespons di antara tiga pilihan selalu, kadang-kadang dan tidak pernah. Bagian-bagiannya masing-masing adalah memori, kognitif, kompensasi, strategi metakognitif, afektif dan sosial. Keandalan dari skala Likert tiga poin ini adalah 0,87.
4.2.2 Strategi Motivasi untuk Kuesioner Pembelajaran (MSLQ)
Kuesioner meliputi 50 pernyataan yang ditulis tanpa judul. 50 item ini pada instrumen yang
Skor menggunakan skala Likert tujuh poin diarahkan untuk mengungkapkan berapa banyak subyek yang mengatur proses belajar mereka sendiri melalui sub-bagian latihan, elaborasi, organisasi, pemikiran kritis, pengaturan diri metakognitif, studi waktu dan manajemen lingkungan, pengaturan usaha, pembelajaran sebaya dan pencarian bantuan. Tujuh pilihan berasal dari "tidak semuanya sangat benar" untuk "sangat benar dariku". Keandalan kuesioner adalah .85 via Cronbach alpha.
4.2.3 Skala Orientasi Pembelajaran Bahasa (LLOS_ IEA)
Skala yang diusulkan oleh Noels et al (2000) mencakup lima bagian, masing-masing: Amotivation, Eksternal regulation, Introjected regulasi, regulasi yang teridentifikasi dan motivasi intrinsik. Kuesioner terdiri dari 21 item dimana peserta didik menanggapi dari “tidak sepenuhnya benar saya” hingga “benar tentang saya” (tujuh skala titik likert)
4.3 Prosedur
Siswa mengisi kuesioner tanpa batas waktu. Pada awalnya, mereka diminta untuk menyelesaikan enam pertanyaan mengenai karakteristik mereka: nama, usia, email, jenis kelamin, tahun studi dan jurusan. Lalu mereka menjawab ke kuesioner.


5. Hasil
Hasil yang berkaitan dengan hubungan antara motivasi, pengaturan diri dan strategi pembelajaran bahasa menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketiga variabel ini (Tabel 4)

Keseluruhan strategi belajar mandiri menunjukkan bahwa strategi yang paling sering digunakan oleh pelajar EFL adalah usaha peraturan diikuti oleh waktu / studi manajemen lingkungan, organisasi, rekan Belajar dan membantu Mencari.
Tabel 5
juga menunjukkan bahwa pelajar EFL dalam penelitian ini menggunakan semua kategori dan strategi pengaturan diri.

Jenis keseluruhan motivasi menunjukkan bahwa jenis motivasi yang paling sering digunakan oleh pelajar EFL diidentifikasi
peraturan diikuti oleh motivasi intrinsik (tabel 7)


6. Diskusi dan kesimpulan
Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan strategi pembelajaran bahasa, self-regulasi dan motivasi. Analisis korelasi dari penelitian menunjukkan hubungan antara komponen motivasi dan subkategori strategi pembelajaran bahasa. Peneliti menemukan hal yang positif dan signifikan hubungan antara Amotivasi dan strategi metakognitif dan sosial. Ini menunjukkan bahwa para pelajar EFL tidak motivasi menggunakan lebih banyak strategi metakognitif dan sosial. Merencanakan, memantau, mengatur, dan mengevaluasi pembelajaran sebagai serta memiliki interaksi untuk belajar bahasa Inggris adalah strategi yang mendemotivasi pelajar yang digunakan. Matriks korelasi mengungkapkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara strategi afektif dan eksternal, introjected yang teridentifikasi dan motivasi intrinsik (stimulasi). Dapat disimpulkan bahwa pembelajar yang lebih termotivasi tidak hanya menggunakan lebih banyak bahasa strategi belajar tetapi juga lebih mandiri dan berhasil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang paling sering digunakan oleh pelajar EFL Cina adalah masing-masing ingatan, afektif dan strategi sosial. Itu juga menunjukkan bahwa yang paling sering adalah metakognitif dan strategi kompensasi. Temuan ini tidak konsisten dengan beberapa studi pada pelajar EFL Cina (Leuy & Hui, 2011; Nisbet, Tindall & Arroyo, 2005; Yang, 2007). Itu menunjukkan bahwa pelajar EFL Cina menggunakan strategi itu berurusan dengan pengelompokan, citra dan beberapa strategi untuk mengatur emosi, motivasi, dan sikap. Mereka juga digunakan strategi yang membantu belajar bahasa melalui interaksi. Meskipun banyak studi tentang penggunaan siswa EFL dari Australia strategi pembelajaran bahasa menunjukkan bahwa strategi yang paling sering digunakan oleh mereka adalah strategi kompensasi (Li, 2005; Liu, 2012; Rao, 2006; Wang, 2012; Zhou, 2007), penelitian ini mengungkapkan bahwa strategi paling tidak sering digunakan oleh EFL Cina
peserta didik adalah strategi kompensasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara orientasi motivasi, pernyataan yang menanyakan tentang yang teridentifikasi dan eksternal peraturan mendapat pilihan tingkat tertinggi dari para pembelajar. Menurut Noel et al (2000), ada tiga tingkatan intrinsik motivasi: peraturan eksternal, peraturan yang diintegrasikan dan regulasi yang teridentifikasi. Dapat disimpulkan bahwa EFL Cina pelajar akan melakukan kegiatan karena kepentingannya untuk mencapai tujuan yang berharga pertama-tama dan kemudian apa yang termotivasi mereka mencapai beberapa tujuan instrumental. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pelajar EFL Cina, kebanyakan belajar Bahasa Inggris karena beberapa nilai ekstrinsik.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa pelajar EFL Cina menggunakan waktu / lingkungan belajar dan peraturan usaha lebih dari strategi belajar mandiri lainnya. Ini menunjukkan pelajar EFL memiliki kemampuan untuk mengendalikan usaha dan perhatian mereka untuk menghadapi gangguan. Komitmen tujuan yang ditandakan ini. Mereka juga memiliki kemampuan untuk merencanakan dan mengatur waktu belajar mereka dan pengaturan di mana pembelajaran berlangsung.
7. Implikasi dari penelitian
Beberapa saran untuk pengaturan diri dalam mengajar keterampilan bahasa yang berbeda:
1.      Buat para siswa termotivasi dalam pembelajaran mereka sendiri. Pemelajar yang termotivasi lebih diatur sendiri (Ammar, 2009).
2.      Peran umpan balik dapat terlihat, karena peserta didik adalah peserta yang aktif secara lingkungan dalam pembelajaran mereka di regulasi diri. Berikan lebih banyak waktu dan lebih memperhatikan umpan balik negatif, positif atau netral Anda memberi.
3.      Selidiki keyakinan peserta didik tentang seberapa baik sikap mereka terhadap pembelajaran keterampilan bahasa. Cobalah untuk menghargai harapan positif dan mengubah yang negatif.
4.      Melatih mereka secara metakognitif, bagaimana merencanakan, mengevaluasi dan memantau proses belajar mereka.
5.      Bantu mereka mengatur dan mengubah materi.
6.      Buat pembelajar sadar akan tujuan. Bukan hanya tujuan tetapi juga keadaan kesadaran mereka dan minat mereka untuk menjadi sadar dan kehadiran mental mereka ketika belajar terjadi adalah penting.
7.      Menginginkan mereka untuk meningkatkan kegiatan di luar kelas mereka, seperti mencari teman sebaya, orang dewasa atau bantuan guru, untuk ditinjau catatan, tugas, atau tes mereka sebelumnya.


REVIEW


Judul
Peran Motivasi dalam Pembelajaran Mandiri dan Strategi Pembelajaran Bahasa: Dalam Kasus Pembelajar EFL Cina
Pengarang
Maryam Banisaeid dan Jianbin Huang
Abstrak
Meskipun pengaturan diri, berasal dari psikologi pendidikan, adalah topik baru di bidang pembelajaran bahasa kedua, strategi pembelajaran bahasa adalah fokus utama dari banyak penelitian dalam dua dekade terakhir. Juga, di antara individu L2 perbedaan, motivasi memainkan peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam penelitian ini, motivasi adalah diselidiki dari teori penentuan nasib sendiri di mana lima jenis motivasi disajikan. Tidak ada studi yang ditemukan menyelidiki peran motivasi baik dalam pengaturan diri dan strategi pembelajaran bahasa. Untuk tujuan semacam itu, 49 Cina EFL peserta didik menanggapi SILL, MSLQ dan LLOS_IEA masing-masing diusulkan oleh Oxford (1990), Pintrich et al (1991) dan Noel et al (2000). Hasil running Pearson correlation menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi, pengaturan diri dan strategi pembelajaran bahasa. Hal ini juga mengungkapkan bahwa pelajar EFL Cina menggunakan memori, strategi sosial dan afektif lebih dari yang lain. Orientasi motivasi paling umum diidentifikasi peraturan. Di antara strategi belajar mandiri, regulasi usaha sangat digunakan oleh mereka. Pada akhirnya beberapa implikasi dianggap.

Teori
·         Zimmerman (1989) mendefinisikan pengaturan diri sebagai tingkat bahwa peserta didik adalah "metakognisi, motivasi dan peserta yang aktif berperilaku dalam proses belajar mereka sendiri ”(hal. 329).
·         Gagasan yang lebih luas "self-regulation" digunakan sebagai pengganti strategi pembelajaran bahasa dalam beberapa penelitian karena kereweluan definisi dan kesulitan dalam pengukuran. (Banisaeid & Huang, 2014; Dörnyei, 2005; Tseng dkk., 2006; Rose, 2012).
·         Perbedaan individu sebagai bakat bahasa, motivasi, gaya belajar, harga diri, kecemasan, keyakinan pelajar, dan kreativitas mempengaruhi penguasaan bahasa kedua (Dörnyei, 2005). Oxford (1990) menyatakan “penggunaan pembelajar yang lebih termotivasi rentang strategi yang lebih besar secara signifikan daripada pembelajar yang kurang termotivasi ”(hal.13).
·         Dörnyei (2012) menyatakan bahwa ada cukup banyak penelitian tentang motivasi L2 dalam tiga dekade terakhir.
·         “Menurut teori penentuan nasib sendiri, ada dua jenis motivasi umum, yang didasarkan pada intrinsik minat dalam kegiatan per se dan yang lainnya berdasarkan penghargaan ekstrinsik terhadap aktivitas itu sendiri. Jenis-jenis ini Namun, motivasi tidak berbeda secara kategoris, melainkan terletak di sepanjang kontinum penentuan diri ”. (Noel, Pelletier & Vallerand, 2000, p. 60)
·         Pintrich (2000) mengklasifikasikan empat asumsi dasar yang umum di antara berbagai model pembelajaran mandiri. 1. Asumsi aktif dan konstruktif, Potensi untuk mengendalikan asumsi, Tujuan, kriteria, atau asumsi standar, dan kegiatan pengaturan diri
Kerangka berfikir



Hasil
Hasil yang berkaitan dengan hubungan antara motivasi, pengaturan diri dan strategi pembelajaran bahasa menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketiga variabel ini. Keseluruhan strategi belajar mandiri menunjukkan bahwa strategi yang paling sering digunakan oleh pelajar EFL adalah usaha peraturan diikuti oleh waktu / studi manajemen lingkungan, organisasi, rekan Belajar dan membantu Mencari. Jenis keseluruhan motivasi menunjukkan bahwa jenis motivasi yang paling sering digunakan oleh pelajar EFL diidentifikasi.

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara orientasi motivasi, pernyataan yang menanyakan tentang yang teridentifikasi dan eksternal peraturan mendapat pilihan tingkat tertinggi dari para pembelajar. Dapat disimpulkan bahwa EFL Cina pelajar akan melakukan kegiatan karena kepentingannya untuk mencapai tujuan yang berharga pertama-tama dan kemudian apa yang termotivasi mereka mencapai beberapa tujuan instrumental. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pelajar EFL Cina, kebanyakan belajar Bahasa Inggris karena beberapa nilai ekstrinsik.